BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menjeratnya, melainkan orang-orang berkaki buntung ini. Dia memang kasar, akan tetapi tidak bodoh dan dia pun maklum bahwa orang-orang buntung itu lihai sekali.
Karena tidak mempunyai permusuhan dengan mereka bahkan tidak mengenal mereka, dia diam menutup mulut dan menanti perkembangan selanjutnya.
“Susiok, kita kesalahan menjerat orang lain!” Seorang di antara tiga wanita itu berkata kepada seorang kakek berusia lima puluh tahun yang agaknya menjadi pimpinan rombongan.
Kakek itu memandang tajam penuh perhatian kepada Liem Hok Sun, kemudian mpngangguk-angguk dan menarik napas panjang.
“Sayang sekali bukan seorang anggauta mereka yang terjerat. Akan tetapi karena dia sudah berkeliaran di sini sampai terjerat, siapa tahu dia adalah bala bantuan dan mata-mata yang dikirim kaum tangan satu.
Kita bawa dia menghadap Suhu.”
Mendengar percakapan itu, Hok Sun berteriak-teriak, “Hei, saudara-saudara yang di bawah, dengarlah!
Aku Hui-eng Liem Hok Sun, selamanya tidak ada pertentangan dengan kalian, juga tidak tahu-menahu siapa itu golongan lengan satu dan kaki satu! Lepaskan aku dan biarkan aku pergi!”
“Pergilah kalau bisa!” Seorang berkaki buntung yang kelihatannya juga kasar dan berwatak dogol berkata.
Dalam persembunyiannya, Siauw Bwee menahan ketawanya. Nah ketemu batunya kau, orang kasar, tapi ada pertentangan apa yaa, pikirnya.
Hok Sun melotot. “Sudah terang terjerat, mana bisa pergi? Totol amat kau! Coba lepaskan jerat ini, tentu aku akan dapat pergi Orang kasar berkaki satu itu tertawa bergelak.
“Benarkah? Baru ada aku seorang saja di sini, engkau si goblok ini mana bisa pergi, apalagi di sini sekarang terdapat Sam-susiok!
Coba kita lihat, bagaimana engkau akan pergi!” Setelah berkata demikian, tubuh yang berkaki satu mencelat ke atas, tongkatnya membabat.
Dan “brettt!” Tali yang menggantung tubuh Hok Sun putus dan tubuh Si Kasar itu melayang jatuh ke bawah.
Akan tetapi, ternyata gin-kang Hok Sun sudah cukup tinggi sehingga dia tidak terbanting jatuh, melainkan turun dengan kedua kakinya ringan menyentuh tanah.
Setelah membuang jerat dari tubuhnya, Hok Sun menggerakkan tubuh hendak meloncat pergi karena dia tidak ingin membalas kepada belasan orang yang ia tahu lihai itu.
Akan tetapi, begitu meloncat, tampak sinar berkelebat dan tongkat kakek kaki buntung bergerak, tahu-tahu tubuh Hok Sun jatuh tersungkur! Si Kaki Buntung yang kasar tertawa bergelak.
“Ha-ha-ha! Pergilah! Pergilah, hendak kulihat bagaimana engkau dapat pergi!”
Liem Hok Sun meloncat bangun, mukanya merah saking marahnya. “Eh kalian ini orang-orang buntung kaki mengapa begini tidak tahu aturan? Apakah kalian mau menantang berkelahi?”
Kakek yang menjadi susiok rombongan itu manjawab, suaranya halus namun nadanya keren.
“Kami tidak ingin berkelahi, akan tetapi engkau harus ikut bersama kami, untuk sementara menjadi tawanan kami sebelum menerima keputusan ketua kami.”
Aku tidak peduli keputusan ketua kalian! Apa salahku kalian hendak menangkapku?” bantah Hok Sun yang merasa tak ada pertentangan dengan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader