BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Di dunia ini, meninggalkan Pulau Es, menempuh hidup menghadapi dunia ramai yang penuh bahaya.
Teringat dia akan cita-cita kedua orang sumoinya membalas dendam, dan terbayanglah dia betapa sumoi-sumoinya itu akan menghadapi bahaya-bahaya besar.
Betapa mungkin ia mendiamkan saja kedua orang yang dikasihinya itu terancam bahaya di sana? Tidak, dia harus pergi menyusul, membantu mereka dan kalau mungkin mengakurkan mereka.
Akan tetapi mungkinkah ini? Betapapun juga, dia harus menyusul mereka dan berusaha.
Setelah dua buah perahu itu tidak tampak lagi, Han Ki mengalami perasaan yang selama hidupnya belum pernah dirasainya.
Yaitu perasaan hati kosong dan nelangsa, seolah-olah semangat dan segala gairah hidupnya terbang melayang dibawa pergi bayangan dua buah perahu yang ditumpangi Maya dan Siauw Bwee.
Lenyaplah semua gairah dan kegembiraan hidup, seolah-olah kegembiraan hidupnya selama ini berada di tangan kedua sumoinya itu.
Han Ki menjatuhkan diri duduk di pantai, termenung, hatinya kosong, pikirannya melayang-layang jauh mencari-cari dan terkenanglah ia akan keadaan hidupnya selama ini.
Semenjak kecil ia sudah sebatang kara, seorang diri di dunia ini dan selama itu ia dahulu selalu gembira, tidak pernah merasa kehilangan sesuatu.
Kemudian, pengikatan cinta kasihnya dengan Sung Hong Kwi membuat ia merasa sengsara dan menderita kehilangan karena dipisahkan dari orang yang dicintanya itu.
Namun, rasa sengsara itu terobati ketika ia tinggal di pulau ini bersama kedua orang sumoinya. Semua rasa sayangnya ia curahkan kepada kedua orang sumoinya itu.
Dan sekarang timbul pula keruwetan karena cinta, dan akhirnya dia menderita lebih hebat lagi setelah kedua orang itu pergi meninggalkan Pulau Es, meninggalkan dia!
Maka teringatlah ia akan petuah-petuah Bu Kek Siansu, gurunya yang bijaksana,
“Han Ki, segala hal yang menimpa dirimu kelak, jangan kaupersalahkan keadaan di luar dirimu, karena sesungguhnya yang menjadi sebab daripada akibat yang menimpa diri berada di dalam diri sendiri.”
“Carilah sebab-sebabnya pada dirimu sendiri dan dengan jalan itu engkau akan dapat memperbaiki diri dan mengenal kekotoran diri sendiri.”
“Mengenal cacat diri pribadi jauh lebih penting dan berharga daripada mengenal cacat selaksa orang lain.”
Teringat akan petuah ini, Han Ki mengangguk-angguk, kemudian termenung lagi karena dalam menderita kekosongan hati dan kehilangan ini, lapat-lapat terngiang di telinganya petuah gurunya mengenai hal ini.
“Segala peristiwa merupakan mata rantai yang tak dapat dipisah-pisahkan, karena saling menyambung, saling mengikat dan saling menjadi sebab.”
“Segala macam perasaan suka-duka, gembira, marah, puas, kecewa dan lain-lain hanyalah permainan daripada rasa sayang diri dan iba diri. Yang mau bersuka tentu akan bertemu dengan duka. “
Ingatlah, Han Ki, bahwa senang bergandeng tangan dengan susah. Hanya dia yang MEMILIKI saja yang akan KEHILANGAN!
“Memiliki itu bersifat senang, akan tetapi memiliki membawa datang kewajiban paksa yaitu MENJAGA karena di depannya terbentang mengerikan jurang KEHILANGAN.
Karena ada dan tiada itu saling mengait, yang ada tentu akan tiada, sebaliknya yang tiada tentu akan ada, maka yang memiliki tentu….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader