BEBASBARU.ID, OTOMOTIF – Mobil Cina alias Mocin awalnya di anggap bisa hancurkan dominasi mobil Jepang, atau pun Korea di Indonesia, tapi kini malah ngos-ngosan bahkan harga jual kembali anjlok.
Ambil contoh Chery Omoda, dengan tampilan futuristik dan banyak fitur canggih, tapi saat ini setelah 2 tahun bahkan 1 tahun pemakaian, harga bekasnya anjlok parah.
Kalau barunya dulu di kisaran 450-500 jutaan, kini bekasnya hanya di hargai 250 jutaan saja, itupun sulit laku.
Bahkan saat ini sejumlah pedagang mobil bekas di Tanah Air masih enggan menjualnya.
Meskipun ada penjualan yang terlihat di pasaran, para pelaku bisnis ini cenderung memilih untuk tidak menambah stok mobil-mobil buatan China.
Andi, pemilik showroom mobil bekas Jordy Motor di MGK Kemayoran, mengungkapkan bahwa ada dua alasan utama yang membuatnya ragu untuk menjual mobil dari Negeri Tirai Bambu tersebut.
Pertama adalah masalah depresiasi yang tinggi, di mana nilai jual kembali mobil tersebut turun dengan cepat. Kedua adalah potensi masalah teknis yang dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan mobil dari merek lain.
“Mobil China begini, saya sih lagi enggak mau stok. Soalnya kalau harganya turun, itu turunnya bisa banyak banget,” ujar Andi ketika berbincang dengan Kompas.com yang di kutip BEBASBARU.ID, Rabu (29/10/2025).
Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa banyak mobil asal China yang sering mengalami masalah, mungkin disebabkan oleh teknologi yang terlalu canggih namun tidak sesuai dengan harapan.
Pengalaman pahit pernah dialami Andi saat menjual mobil merek China. “Ada bagian yang bermasalah, saya bawa ke bengkel resmi hasilnya nihil.
Kadang malah kita harus nyari komunitas atau klub pengguna buat bantu cari solusi. Soalnya bengkel resminya sendiri kadang belum terlalu paham. Mungkin mereka cuma berpatokan sama buku panduan aja,” jelasnya.
Kejadian ini membuatnya berpikir dua kali untuk menambah stok mobil asal China.
“Jadi intinya sekarang saya memang lagi nggak nyetok mobil China. Belum tahu juga pergerakan di lapangan kayak gimana. Memang sih, penjualannya belakangan ini lumayan jalan,” imbuh Andi.
Namun, ia menekankan ketidakmauannya untuk berisiko mendapatkan komplain dari pelanggan.
Di tempat lain, Rama dari Rama Dagang Mobil di Rempoa, Tangerang Selatan, juga merasakan hal yang sama. Ia menyatakan bahwa permintaan untuk mobil asal China di pasar mobil bekas belum sebesar merek Jepang.
“Belum sih, belum banyak juga,” ujarnya singkat.
Namun, di sisi lain, ada beberapa pedagang mobil bekas di daerah yang berpendapat bahwa mobil China bermesin konvensional sebenarnya memiliki peluang dan lebih mudah diterima dibandingkan mobil listrik.
Rifai, seorang pedagang di Bengkel Cak Tris Klaten, menuturkan bahwa mobil China berbahan bakar bensin masih menarik minat konsumen.
“Mobil bermesin konvensional asal China memiliki kelebihan dari segi harganya yang relatif lebih rendah di pasaran. Dengan dana yang sama, konsumen bisa membeli mobil dengan fitur yang lebih unggul,” ungkap Rifai kepada Kompas.com.
Melihat berbagai perspektif ini, tampaknya meskipun ada potensi pasar untuk mobil asal China, faktor kepercayaan dan pengalaman menjadi kunci bagi para pedagang mobil bekas untuk melangkah ke arah tersebut.***







