BEBASBARU.ID, INVESTIGASI – Nama pengusaha sekaligus filantropis keturunan Yahudi, George Soros di sebut ikut danai demontrasi yang berujung ricuh di beberapa kota besar di Indonesia sejak 28 Agustus 2025 hingga saat ini.
Di sebut juga Presiden Prabowo tak bisa di kendalikan oleh barat, inilah yang membuatnya perlu disingkirkan, dengan memanfaakan momen kemarahan publik pada wakil rakyat yang tak empati dengan rakyat.
Adalah media asal Rusia, Sputnik, menyebut George Soros sebagai dalang gelombang protes di Indonesia. Apa dasarnya dan siapa sosok Soros?
Dikutip BEBASBARU.ID dari Tirto.id, Selasa (02/09/2025), Sputnik, menyebut nama George Soros sebagai sosok yang diduga menjadi dalang gelombang protes belakangan ini.
Tudingan tersebut disampaikan oleh Angelo Giuliano, yang disebut Sputnik sebagai analis geopolitik yang berfokus pada hubungan internasional.
Dalam keterangannya, Giuliano menyebut ada indikasi pengaruh eksternal dan kondisi Indonesia hari ini. Salah satu indikasi itu adalah penggunaan bendera One Piece yang merupakan simbol dari anime Jepang.
Indikasi itu kemudian dikaitkan Giuliano dengan George Soros. Menurutnya, ada kemungkinan Soros terlibat karena yayasan miliknya telah aktif memberikan bantuan dana secara global hingga lebih dari 8 miliar dolar AS sejak 1990.
Selain Soros, Giuliano juga menuding keterlibatan National Endowment for Democracy (NED), lembaga non pemerintah yang dikatakannya telah mendanai media di Indonesia sejak 1990.
Pernyataan ini dikeluarkan Giuliano dan diterbitkan Sputnik tak lama setelah eks Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN), AM Hendropriyono, menuding aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPRI RI, Jakarta Pusat, dibiayai pihak asing.
“Dari luar [negeri], dari luar. Orang yang dari luar hanya menggerakkan kaki tangannya yang ada di dalam,” kata Hendropriyono, Kamis (28/8/2025) lalu.
Hendropriyono mengungkapkan adanya keterlibatan pihak asing, walaupun tidak menyebutkan siapa yang ia maksud pihak asing itu, pada Kamis (28/8). Sementara Sputnik menerbitkan pernyataan Giuliano pada Minggu (31/8).
Pada Minggu itu pula, Presiden Prabowo Subianto menggelar konferensi pers untuk memberikan respons atas gelombang protes massa pasca meninggalnya Afan Kurniawan karena dilindas rantis Brimob.
Dalam konferensi pers itu, Prabowo menyebut bahwa ada indikasi proses demo di berbagai daerah yang mengarah ke tindakan makar dan terorisme.
“Namun kita tidak dapat pungkiri, keliatan gejala adanya tindakan-tindakan di luar hukum bahkan melawan hukum bahkan mengarah kepada makar dan terorisme,” katanya.
Lantas, siapa George Soros, mengapa namanya disebut Sputnik –media bentukan grup Rossiya Segodnya yang didanai Pemerintah Rusia– sebagai dalang gelombang protes di Indonesia?
George Soros dikenal sebagai salah satu filantropis terkemuka di dunia. Melalui kekayaannya, ia mendirikan Open Society Foundation, sebuah lembaga filantropis yang mendukung individu dan organisasi di lebih dari 120 negara.
Soros lahir di Budapest, Hongaria pada 1930. Ia tumbuh besar di masa pendudukan Nazi pada Perang Dunia II, sekitar tahun 1944-1945.
Setelah Nazi dan Blok Porosnya kalah dalam Perang Dunia II, Soros kemudian pindah ke Inggris karena Budapest menjadi tempat konsolidasi kekuasaan komunisme pasca perang.
Di Inggris, Soros kemudian menempuh studi di London School of Economics. Setelah lulus dari sana, ia pindah ke Amerika Serikat pada 1956 untuk berkarier di bidang investasi dan keuangan.
Karier tersebut sukses ia lakukan di AS. Seturut Forbes, pundi-pundi harta Soros didapatkan lewat perusahaan pengelola dana klien yang ia bentuk. Perusahaan itu bernama Soros Fund Management.
Dari pekerjaan itulah Soros menumpuk kekayaannya. Seperti pada 1992, ketika ia melakukan short selling terhadap pound Inggris dan mendapatkan keuntungan mencapai 1 miliar dolar AS dari sana.
Pada 1980, seiring kekayaan Soros yang makin besar, ia mendirikan Open Society Foundations. Yayasan itu merupakan jejaring filantropi tempat Soros mengampanyekan demokrasi dan penghargaan hak individu.
Menukil laman resmi Open Society Foundations, nama yayasan tersebut diambil dari pemikiran filsuf Karl Popper, penulis buku Open Society and Its Enemies.
Soros yang pernah bertemu Karl Popper semasa berkuliah di London School of Economics ternyata begitu terkesan dengan gagasan akan open society, yakni gagasan akan komunitas masyarakat yang demokratis, bebas berekspresi, dan menghormati hak individu.
Menurut World Economic Forum, kegiatan George Soros sebagai filantropis dimulai sejak ia menyediakan beasiswa untuk mahasiswa kulit hitam di Universitas Cape Town Afrika Selatan pada masa apartheid pada 1979.
Sejak saat itu, ia telah menyumbangkan lebih dari 32 miliar dolar AS dalam kegiatan filantropis melalui Open Society Foundations yang ia bentuk.
Yayasan itu kini telah mendukung individu dan organisasi di lebih dari 120 negara. Menurut mereka, bantuan itu berguna untuk membangun demokrasi yang dinamis dan inklusif, demokrasi dengan pemerintahan yang bertanggung jawab dan akuntabel.
Sementara itu, dalam laporan berita Sputnik, nama George Soros dituding menjadi salah satu kekuatan asing yang ada di belakang gelombang protes.
Sputnik kemudian mengutip Jeff J. Brown, penulis The China Trilogy, yang menyebut ada upaya Barat untuk menjadikan Prabowo sebagai diktator yang dibekingi AS.
Namun, ketika Prabowo justru memilih menjadi anggota BRICS. Eks Pangkostrad itu tak masuk dalam agenda mereka sehingga disebut perlu diredam.***