BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – melepaskan rangkulannya, kempitannya dan gigitannya. “Hi-hi-hik! Pengecut besar! Bisanya hanya menangis! Hi-hi-hik, kau hebat, Han Han….!”
Sin Lian bertepuk-tepuk tangan. Ia masih duduk karena lututnya yang tertendang itu membuatnya tak dapat berdiri, agaknya terlepas sambungannya.
Juga Han Han merasa betapa telunjuk tangan kirinya sakit sekali, seperti patah sambungannya pula.
Ouwyang Seng tadi menangis bukan hanya karena sakit, melainkan terutama sekali karena ketakutan setelah usahanya melepaskan rangkulan gagal.
Kini setelah bebas, ia menjadi marah sekali dan menerjang Han Han dengan pukulan keras. Han Han terjengkang dan terpaksa menerima hantaman dan tendangan.
Sin Lian memaki-maki, dan untuk ini, Ouwyang Seng segera melompat ke dekatnya dan menendang kepalanya. Biarpun tak dapat bangun.
Namun Sin Lian yang mengerti ilmu silat mencoba untuk menangkis dengan lengan, dan akibatnya ia pun roboh terguling-guling.
Ouwyang Seng menjadi mata gelap saking marahnya. Disambarnya sebuah batu sebesar kepalanya dengan kedua tangan dan ia mengangkat batu itu tinggi-tinggi, kemudian dihantamkan ke arah kepala Han Han.
Kalau hantaman ini kena, tentu kepala Han Han akan remuk.
Akan tetapi tiba-tiba batu itu tertahan dan di situ telah berdiri Lauw-pangcu. Sekali renggut batu itu terampas dan dibuang ke pinggir.
“Anak keji, pergilah!” Lauw-pangcu berkata dan ia menangkap tengkuk Ouwyang Seng terus dilempar ke depan. Tubuh anak itu melayang dan…. jatuh tepat di atas punggung kudanya.
Ouwyang Seng maklum bahwa kakek itu amat lihai, akan tetapi dasar seorang anak yang manja, ia malah memaki, “Tua bangka jembel busuk! Kalau berani, katakan siapa namamu!”
Lauw-pangcu hanya mengira bahwa anak itu adalah seorang anak bangsawan manja saja, maka sambil tersenyum ia berkatap
“Bocah, aku adalah orang she Lauw.”
Ouwyang Seng menarik kendali kudanya, menendang perut kuda itu yang segera meloncat maju dan membalap ke depan, meninggalkan debu mengebul tinggi.
Han Han bukan tidak mengerti bahwa nyawanya tertolong oleh kakek itu, dan ia sudah terlalu banyak belajar tentang kebudayaan dan tentang budi, maka ia segera menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu sambil berkata,
“Saya menghaturkan terima kasih atas pertolongan locianpwe.”
Lauw-pangcu tersenyum. “Bangunlah dan mari ikut bersamaku, Han Han.” Ia lalu memondong tubuh puterinya dan Han Han terpaksa mengikutinya karena tidak mau dianggap tak mengenal budi.
Setelah tiba di sarang Pek-lian Kai-pang, Lauw-pangcu mengobati Sin Lian dan telunjuk tangan Han Han. Hebat sekali cara kakek ini membenarkan sambungan tulang karena setelah diurut sebentar dan ditempeli koyok.
Dalam waktu setengah hari saja telah sembuh kembali.
“Pengalamanmu hari ini tentu telah meyakinkan hatimu, Han Han, betapa pentingnya mempelajari ilmu menjaga diri. Berkali-kali engkau dapat dipukuli orang, dan hampir saja tewas.
Aku tidak berniat buruk denganmu, bukan hendak mengajarmu menjadi tukang pukul. Aku melihat bakat yang amat luar biasa pada dirimu yang tak akan dapat ditemukan di antara sepuluh laksa orang anak, maka engkau berjodoh…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader