BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Perbuatannya tidak benar, tentu akan dimaki orang!” Han Han membantah berani.
Anak itu usianya antara sebelas tahun.
Kini mendengar ucapan seperti itu keluar dari mulut seorang anak jembel, menjadi terheran-heran sehingga lupa kemarahannya. “Engkau siapakah berani berkata seperti itu?”
“Aku Han Han dan siapa takut mengeluarkan kata-kata benar?”
“Wah-wah, agaknya sudah miring otakmu. Tidak tahukah engkau bahwa aku adalah Ouwyang-kongcu (Tuan Muda Ouwyang)?
Orang sekitar daerah ini tidak ada yang berani kepadaku. Apalagi jembel macam kamu! Hayo bertutut dan mohon ampun!”
Bentakan ini mengandung suara marah.
Seorang di antara para penduduk dusun yang mulai datang berkerumun, segera mendekati Han Han dan berkata, “Kau agaknya bukan anak sini. Lebih baik lekas bertutut mohon ampun kepada Kongcu.”
Mendengar ini, Han Han makin marah. Ia berdiri dengan kedua kaki terpentang, kedua tangan bertolak pinggang, lalu berkata,
“Apa perlunya minta ampun? Orang bersalah sekalipun tidak perlu minta ampun dan harus berani menerima hukumannya! Apalagi orang tidak bersalah!”
Ucapan ini rupa-rupanya merupakan pendapat yang baru sama sekali dan mengherankan semua orang. Bahkan pemuda tampan itu sendiri terheran dan berkurang kemarahannya, lalu mengomel.
“Tidak salah katamu? Kau berdiri di jalan, menghalang kudaku!”
“Bukan aku yang menghalang, tapi kau yang menabrak! Berani berbuat tidak berani mengaku, laki-laki macam apa kau?” “Berani kau? Apa sudah bosan hidup?” bentak anak yang disebut tuan muda Ouwyang itu. Setelah berkata demikian, ia menerjang maju.
Han Han berusaha melawan, namun ternyata Ouwyang-kongcu ini tangkas dan kuat sekali. Begitu menerjang, Han Han telah kena digampar kepalanya dan ditonjok dadanya.
Han Han terjengkang, napasnya sesak. Sebuah tendangan mengenai lehernya dan dunia menjadi hitam bagi Han Han.
“Jembel busuk bosan hidup! Kau belum mengenal kelihaian Kongcumu, ya?” Suara Ouwyang-kongcu ini terdengar sayup-sayup oleh Han Han dan pemuda tampan itu mengeluarkan sehelai tambang dari saku sela kudanya.
Diikatnya kaki kiri Han Han, kemudian ia memegangi ujung tali itu dan melompat naik ke atas kudanya. Ketika kudanya dilarikan, tubuh Han Han tentu saja terseret di atas tanah!
Orang-orang yang berada di situ hanya memandang dengan mata terbelalak, tidak ada seorang pun berani membela Han Han.
Mereka hanya saling pandang dan menggeleng-geleng kepala dengan hati kasihan kepada anak jembel yang amat pemberani itu.
Han Han memiliki kenekatan dan nyali yang luar biasa sekali. Juga tubuhnya memiliki daya tahan mengagumkan.
Hal ini telah dilihat oleh mata yang awas dari Lauw-pangcu ketua Pek-lian Kai-pang sehingga kakek itu merasa tertarik dan ingin mengambilnya sebagai murid. Biarpun ia tadi telah dipukul hebat dan kini tubuhnya diseret seperti itu, ia masih tidak merasa takut.
Bahkan ia marah sekali. Tidak dipedulikan punggung dan pinggulnya lecet-lecet, pakaiannya yang sudah penuh tambalan itu makin buruk karena compang-camping. Ia tidak mengeluh,……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader