BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bukan!” “Pengemis! Pakaianmu tambal-tambalan, kalau bukan pengemis, apakah kau ini Pangeran?”
“Bukan! Aku bukan pengemis, biar pakaianku tambal-tambalan aku tidak pernah mengemis! Tidak seperti engkau, biar pakaianmu baik tapi….”
“Kau kurang ajar! Beranikah kau kepadaku?”
“Mengapa tidak berani? Kalau aku benar, biar terhadap kaisar sekalipun aku berani!”
“Phuhhh! Kalau berani hayo kita berkelahi!”
“Aku bukan tukang berkelahi, bukan tukang pukul, tapi aku tidak takut kepadamu.”
“Hayo pukul aku kalau berani!”
“Aku bukan tukang pukul!”
“Kalau kupukul, kau berani membalas?”
“Tentu saja!”
“Plakkk….!” Pipi Han Han sudah kena ditampar Sin Lian sampai Han Han terpelanting dari bangkunya.
Ia bangkit dan timbul kemarahannya, akan tetapi Han Han sudah membaca kitab tentang sifat seorang gagah, tentu saja ia malu kalau harus bergelut dengan seorang anak perempuan.
“Tidak sakit!” katanya sambil meraba pipinya yang menjadi merah.
“Balaslah!”
“Membalas anak perempuan? Untuk apa, memalukan saja. Pukulanmu seperti tahu, tidak terasa sama sekali.”
“Sombong kau!” Sin Lian marah sekali, menerjang maju dan gerakannya cepat bukan main. “Dukkk…. plenggggg….!”
Han Han terjengkang roboh.
Perutnya menjadi mulas kena ditendang tadi dan kepalanya pening oleh tempilingan yang cukup keras. Gerakan kaki tangan bocah itu luar biasa cepatnya sehingga Han Han tidak tahu bagaimana caranya bocah itu menendang dan memukul.
Rasa nyeri membuat lantai seperti berputar. Ia marah dan kini ia melompat bangun.
“Kau…. perempuan keji!” katanya lalu ia menerjang maju, hendak menampar.
Namun tamparannya mengenai angin belaka dan sebelum ia sempat melihat, kembali tangan kiri gadis cilik itu mampir di pipinya, menimbulkan suara nyaring dan terasa amat panas dan pedas.
Tonjokan kepalan kanan yang kecil namun terlatih menyusul, mengenai lehernya, membuat Han Han terhuyung-huyung ke belakang.
Tiba-tiba sebuah kaki yang kecil menyapu kedua kakinya. Tanpa ampun lagi tubuh Han Han kembali terpelanting, terbanting pada lantai di mana ia hanya duduk sambil memegangi kepalanya yang puyeng seketika.
“Cukup, Lian-ji.” Terdengar kakek itu berkata, suaranya tenang dan halus. Kakek ini tadi diam saja melihat puterinya menghajar Han Han, karena memang hal ini ia sengaja.
Untuk “membakar” hati Han Han dan menimbulkan semangat jantannya.
Dia menduga bahwa setelah mengalami hajaran tentu bocah itu akan merasa terhina dan sadar betapa perlunya mempelajari ilmu untuk memperkuat diri sehingga kelak tidak akan terhina orang lagi.
Ia maju dan mengangkat bangun Han Han, disuruhnya duduk lagi di bangku.
Han Han masih pening, ketika ia memandang bocah perempuan itu, wajah yang manis namun menggemaskan hatinya saat itu kelihatan menjadi dua. Memandang benda lain juga kelihatan dua!……..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader