BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Betapa ingin jari membelai, sayang betapa ingin hati menjeritkan cinta….
Suma Hoat menghentikan bacaannya karena kata-kata itu menusuk jantungnya.
Mengingatkan dia akan kemesraan cinta dan kelembutan wanita. Dia memeriksa seluruh keadaan istana itu dan mengagumi bangunan yang amat indah dan halus.
Namun hatinya berduka kalau teringat akan nasib buruk yang menimpa penghuni-penghuninya. Tiga orang manusia sakti, kakak beradik seperguruan, menjadi cerai-berai oleh cinta yang gagal!
Dan dia sendiri, orang ke empat yang kini secara kebetulan berada di Pulau Es dan memperoleh ijin untuk menghuni Istana Pulau Es, dia pun seorang manusia gagal yang rusak oleh cinta gagal pula!
Dengan penekanan mati-matian terhadap segala keinginan hati mudanya, Suma Hoat hidup sendiri di Pulau Es, memperdalam ilmu-ilmunya dan terutama sekali melatih Jit-goat Sin-kang.
Pulau Es merupakan tempat yang amat baik untuk melatih sin-kang, karena hawa udara di situ amat dinginnya. Untuk melawan hawa dingin ini saja sudah merupakan latihan yang baik dan memperkuat daya tahan tubuhnya.
Bertahun-tahun lewat tanpa dia pedulikan dan tanpa disadarinya, pemuda tampan putera bangsawan yang sudah biasa hidup mewah itu, hidup menyendiri di Pulau Es selama empat lima tahun lamanya!
Kurang lebih lima tahun kemudian, pada suatu pagi, kembali ada badai mengamuk dan air laut naik sampai beberapa meter tingginya.
Pulau Es tergetar dan terguncang hebat, angin bertiup kencang membuat Suma Hoat yang gagah perkasa itu merasa ngeri juga dan terpaksa dia menyelamatkan dan menyembunyikan diri ke dalam istana!
Karena angin benar-benar amat kuat, Suma Hoat bersembunyi di ruangan bawah istana itu.
Sampai sehari semalam badai mengamuk. Suma Hoat tidak dapat keluar dari ruangan bawah karena tiupan angin menyerbu masuk ke dalam istana.
Perutnya terasa lapar dan ketika tiba-tiba muncul seekor ular dari sebuah lubang di lantai di ruangan bawah tanah itu, Suma Hoat menjadi girang.
Ular itu cukup besar, sebesar lengan tangannya, berkulit merah dan kelihatan bersih sekali. Sekali melompat, Suma Hoat berhasil menangkap leher ular dan mencengkeram leher itu sampai putus!
Ular mati seketika, akan tetapi daging dan darahnya masih segar ketika Suma Hoat yang kelaparan mengulitinya lalu memanggang daging ular di dalam ruangan itu.
Bau yang sedap gurih membuat perutnya makin kelaparan. Dengan lahapnya dimakanlah daging ular itu sampai habis! Setelah perutnya kenyang, Suma Hoat merebahkan diri dan tertidur pulas.
Dia mimpi tidur di atas sebuah ranjang lebar dan indah dalam sebuah kamar mewah dan berbau harum, ditemani oleh Coa Kim Hwa, Khu Siauw Bwee, dan Maya!
Tiga orang dara cantik jelita itu semua melayaninya dengan manja dan penuh kasih sayang. Bukan main hebatnya kemesraan yang dinikmatinya itu, yang memeluk dan menciuminya secara bergilir dan sama sekali tidak bersaing.
Gairah ketiga orang dara itu mendatangkan rasa panas sekali pada tubuhnya, membuat kepalanya…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader