BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Urusan mereka sendiri, Suma Hoat. Bukan urusanmu dan kiranya tidak ada gunanya kauketahui juga,” Han Ki berkata tenang dan tegas.
“Urusan mereka adalah urusanku juga, Taihiap! Saya mencinta mereka, saya rela mengorbankan nyawa untuk mereka. Saya harus mengetahui mengapa mereka melakukan hal itu!”
Kam Han Ki memandang wajah orang muda itu sambil tersenyum penuh pengertian, lalu berkata,
“Andaikata kau ketahui juga, apa gunanya? Yang terpenting adalah untuk mengetahui isi hatimu sendiri, mengetahui keadaan dirimu sendiri.
Engkau berkali-kali menyatakan bahwa engkau cinta kepada mereka, namun sebenarnya bukan, Suma Hoat. Engkau tidak mencinta mereka, tidak mencinta siapa-siapa, kecuali mencinta dirimu sendiri.
Itu pun cinta dangkal yang hanya ingin melihat diri sendiri, ingin mencapai kehendak hati mempersunting si cantik yang menggairahkan hatimu.
Setelah kini dua orang dara yang kaurindukan tidak ada lagi, engkau menjadi kecewa dan berduka, yang sesungguhnya hanya sedikit selisih dan bedanya dengan keadaanmu apabila engkau memperoleh seorang di antara mereka karena kulihat tidak ada cinta dalam hatimu, melainkan cinta berahi belaka!”
Suma Hoat menjadi merah mukanya, bukan merah karena marah melainkan karena malu. Betapapun menyakitkan kata-kata itu baginya, namun harus diakui bahwa memang seperti itulah kenyataannya. Betapapun juga, dia merasa penasaran dan bertanya,
“Tentu saja cinta mengandung sifat-sifat seperti itu, Taihiap. Kalau tidak ada nafsu ingin memperoleh, ingin bersatu dan berdamping menghi langkan rindu, bukanlah cinta namanya dan mana ada laki-laki dan wanita bersuami isteri?”
Kam Han Ki menghela napas panjang. Kedukaan hebat yang menimpanya ketika badai mengamuk, mendatangkan perubahan luar biasa pada diri pendekar ini.
Seolah-olah mata batinnya terbuka dan dia melihat kenyataan-kenyataan yang selama ini tidak dilihatnya. Kenyataan hidup yang penuh duka dan sengsara, yang kesemuanya timbul karena kekurangsadaran manusia.
Yang tercipta oleh keadaan hidup manusia sendiri. Sebelumnya terjadi peristiwa mengerikan itu memang hatinya sudah mulai terbuka, maka dia pun ragu-ragu untuk memilih Siauw Bwee yang dicintanya.
Karena maklum bahwa pemilihan itu hanya terdorong oleh rasa sayang diri dan akibatnya akan membikin kecewa dan sengsara hati Maya. Namun, sekarang, dia mulai mengerti hal-hal yang selama ini tidak disadarinya.
“Suma Hoat, cinta yang mengandung kehendak ingin menguasai, ingin memiliki bukanlah cinta yang sejati. Karena menguasai dan memiliki hanya akan menimbulkan pertentangan dan persoalan batin.
Hanya menimbulkan kecewa dan sengsara kalau yang dikuasai dan dimiliki itu kemudian bersikap tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Bukanlah cinta yang sejati kalau bersyarat, kalau menuntut balas jasa, menghadapkan hal-hal yang menyenangkan hatinya sendiri.
Cinta macam itu akan menimbulkan cemburu, iri hati, dengki, amarah dan mungkin berbalik menjadi benci. Padahal di mana ada cemburu dan lain-lain itu, apalagi benci, di sana tidak mungkin ada cinta!”
Suma Hoat melongo memandang Kam Han Ki, kemudian menggeleng…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader