BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kini Suma Hoat terkejut. Orang itu menyebut-nyebut Siansu, bukankah yang dimaksudkan itu adalah Bu Kek Siansu, manusia dewa yang hanya didengarnya dalam dongeng?
Dan bukankah murid manusia dewa itu adalah Maya, Khu Siauw Bwee dan suheng mereka, Kam Han Ki? Kalau begitu, tentu Kam Han Ki laki-laki di dalam itu! Selagi ia hendak melangkah maju, tiba-tiba terdengar suara dari balik pintu yang masih tertutup,
“Suma Hoat, bagaimana engkau bisa sampai di sini dan apa kehendakmu?”
Suma Hoat makin kaget. Cepat dia menjura di tempatnya sambil berkata.
“Harap Kam-taihiap sudi memaafkan. Terus terang saja, semenjak perpisahan di medan perang dahulu, saya terus mengikuti, kemudian mencari-cari Taihiap yang saya duga tentu berada di Pulau Es.
Namun, berbulan-bulan saya tersesat di lautan, dan hanya oleh kehendak Thian saja maka saya dapat tiba di tempat ini, terbawa hanyut oleh badai yang mengamuk.”
Daun pintu terbuka dan Suma Hoat hampir meloncat mundur saking heran dan kagetnya ketika ia melihat orang yang muncul dari pintu itu.
Dia masih mengenal wajah Kam Han Ki, akan tetapi pakaian orang sakti ini koyak-koyak, rambutnya awut-awutan, mukanya pucat sekali, matanya merah dan wajah yang tampan itu seolah-olah bertambah tua belasan tahun dalam waktu tiga bulan ini!
Akan tetapi, kekhawatiran hati Suma Hoat lenyap ketika pandang matanya bertemu dengan pandang mata Kam Han Ki.
Sama sekali tidak ada tanda marah pada pandang mata itu, pandang mata yang masih amat tajam menembus jantung dan menjenguk isi hati, akan tetapi begitu lembut dan penuh pengertian!
“Suma Hoat, setelah kami bertiga melupakan segala urusan pribadi antara kami dengan orang tuamu, mengapa engkau masih mencari perkara dengan melakukan pengejaran kepada kami?
Setelah kini engkau berhasil mendarat di Pulau Es, apakah kehendakmu?”
Suma Hoat menundukkan mukanya. Tidak dapat dia menahan pandang mata Han Ki yang begitu lembut namun begitu penuh kekuatan. Sambil bertunduk dia menjawab,
“Maaf, Taihiap. Terus terang saja, setelah saya mengetahui bahwa Nona Maya dan Nona Khu Siauw Bwee, keduanya jatuh cinta kepadamu, saya menjadi penasaran dan melakukan pengejaran.
Tak mungkin keduanya menjadi milikmu, tentu seorang di antara mereka akan kautolak cintanya dan di situlah terbuka harapan dan kesempatanku, Taihiap.
Tak perlu kupungkiri lagi, saya mencinta kedua orang nona itu dan hanya kalau seorang di antara mereka dapat menjadi isteri saya, hidup saya akan bahagia.”
Mulut di wajah yang pucat itu tersenyum, senyum yang mengandung iba hati. Alisnya berkerut, kemudian dia membukakan daun pintu lebar-lebar sambil berkata……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader