BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tidak ada jalan lain lagi baginya kecuali melawan dan berusaha membebaskan diri dari keadaan berbahaya ini.
“Anjing penjilat, kaukira aku takut padamu?” Suma Kiat sudah mencabut pedangnya dan menerjang Koksu dengan kecepatan luar biasa.
Koksu ini telah tahu akan kelihaian Suma Kiat, maka dia pun cepat menangkis dengan golok besarnya. Terdengar suara berkerincing nyaring ketika Koksu ini mainkan goloknya.
Golok itu lebar dan panjang, punggung golok dihias gelang-gelang yang mengeluarkan bunyi nyaring berdering dan berkerincing.
Dengan tenaganya yang besar, tentu saja golok itu merupakan senjata berat yang amat berbahaya.
Namun, Suma Kiat adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali. Ilmu pedangnya Toa-hong Kiam-sut (Ilmu Pedang Angin Badai) amat cepat dan kuatnya.
Masih dibantu tangan kirinya yang digerak-gerakkan dengan pukulan Hui-tok-ciang (Tangan Racun Api) yang mujijat dan ampuh sekali.
Karena itu, Bu Kok Tai, koksu kerajaan yang berilmu tinggi itu memperoleh lawan yang seimbang ketika berhadapan dengan Suma Kiat.
Setelah memberi isyarat kepada pasukan-pasukan yang masih setia kepada Suma Kiat sehingga para pasukan pengawal itu menerjang maju disambut pasukan pengawal Koksu.
Siangkoan Lee, Bu Ci Goat juga sudah mencabut senjata masing-masing dan mengamuk melawan para panglima yang dipimpin oleh Ang Hok Cu, siucai lihai yang menjadi murid Bu-koksu.
Perang kecil yang mati-matian terjadi di ruangan depan dan halaman gedung itu, akan tetapi, jumlah pengawal yang masih setia kepada Suma Kiat jauh lebih kecil.
Jika dibandingkan dengan jumlah pengawal Bu-koksu, apalagi karena sejumlah pengawal Suma Kiat sudah menakluk ketika melihat gelagat buruk.
Bahkan kini mereka membalik dan membantu para pengawal Bu-koksu, menyerang bekas kawan-kawan sendiri dalam usaha mereka mencari keselamatan agar dosa mereka kelak diampuni!
Tentu saja hal ini amat mengurangi semangat perlawanan pihak pasukan Suma Kiat dan sebentar saja mereka berjatuhan dan menjadi korban senjata di tangan pasukan Bu-koksu.
Suma Kiat yang bertanding melawan Bu-koksu, menjadi marah sekali. Dia mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaian sehingga Bu-koksu sendiri terdesak mundur.
Namun, beberapa orang panglima dan pasukan segera membantunya mengeroyok sehingga kembali Suma Kiat terdesak hebat dan terancam keselamatannya.
Pada saat itu, Coa Sin Cu yang tadinya bersembunyi, merasa bahwa tidak baik baginya kalau terus bersembunyi karena akhirnya dia akan ketahuan.
Maka dengan nekat dia mencabut senjatanya dan menerjang keluar membantu Suma Kiat.
Melihat munculnya orang ini, Bu-koksu berseru marah dan juga girang. Sudah lama sekali dia menyuruh orang-orangnya untuk berusaha membasmi gerombolan Coa Sin Cu yang memberontak.
Dan sudah lama dia mendengar bahwa orang ini menjadi kaki tangan Kerajaan Yucen. Apalagi setelah dua orang pengawalnya, Pat-jiu Sin-kauw dan Thian Ek Cinjin, di bawah siksaan berat.
Mengaku bahwa mereka adalah pembantu-pembantu Coa Sin Cu, kebencian Koksu terhadap Coa Sin Cu makin menghebat. Kini, sungguh tidak disangkanya bahwa pemberontak…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader