BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menyeret kita membayangkan masa depan! Membayangkan hal yang belum terjadilah maka menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan!
Bukankah demikian, Taihiap dan Lihiap?” Dua orang itu mendengarkan penuh perhatian dan seperti dikomando saja, mereka mengangguk-angguk.
Betapa mereka dapat membantah setelah kesadaran mereka membuat mereka melihat kenyataan dalam ucapan kakek itu?
Biarpun Han Ki adalah seorang yang belum tua, namun dia memiliki pengetahuan luas tentang filsafat dan kebatinan.
Memang, pada saat itu dia telah melupakan semua pelajaran, bahkan ilmu silatnya pun hanya dia kuasai karena sudah mendarah daging saja, namun semua teorinya sudah dia lupakan sama sekali.
Akan tetapi, pada dasarnya dia memang seorang yang memiliki perasaan peka terhadap kebatinan. Biarpun dia telah melupakan hal-hal yang lalu
Namun ucapan kakek itu membuat dia mengangguk-angguk dan diam-diam dia dapat melihat kebenarannya.
Marah timbul karena mengingat perbuatan seseorang, perbuatan yang sudah dilakukan, yang sudah lalu.
Kalau hal itu tidak diingat, tak mungkin akan timbul kemarahan. Demikian pula duka, dan benci, dan kecewa.
Adapun takut dan khawatir, hanya dirasa oleh orang yang belum tertimpa oleh apa yang ditakutkan atau dikhawatirkannya itu.
Orang takut sakit karena dia belum sakit. Khawatir gagal, karena kegagalan belum menimpanya. Jadi semua itu hanyaalah permainan pikiran saja, yang tiada gunanya.
Bahkan menimbulkan persoalan dan pertentangan yang timbul keluar terhadap orang lain. Siauw Bwee juga mengangguk-angguk.
Karena dia merasa betapa benar omongan itu, akan tetapi dia masih belum puas dan mendesak, “Habis, mana mungkin kita menghadapi sesuatu tanpa pemikiran akan sebab akibat tanpa kenangan masa lalu dan bayangan masa depan, Supek?
Persoalan timbul dari luar tanpa kita minta. Contohnya, aku menghadapi keadaan Kam-suheng, bukankah ini merupakan persoalan yang datang tanpa kuminta?
Bagaimana hati tidak menjadi khawatir menghadapi keadaan Suheng ini?” Kakek itu tersenyum maklum.
“Aku tidak menyalahkan kalau engkau gelisah, Lihiap, hanya aku minta pengertian dan kesadaranmu untuk dapat menemukan dirimu sendiri.
Segala macam persoalan bersumber dalam diri sendiri, bukan dari luar. Kam-taihiap sakit. Ini merupakan tantangan dan setiap orang hidup selalu akan menghadapi kenyataan yang harus ditanggungnya pada saat kenyataan tiba.
Tidak ada persoalan khawatir dan gelisah selama kita dapat membuka mata menghadapi kenyataan tentang sakitnya suhengmu dan selama engkau tidak membayangkan hal-hal yang belum datang.
Suhengmu sakit, kita dihadapkan kenyataan ini dan apa yang tepat kita lakukan? Berusaha menyembuhkannya. Tidak ada persoalan lain yang mengkhawatirkan, bukan?”
“Aih, Supek. Betapa mungkin bersikap seperti itu? Bagaimana kalau kita gagal menyembuhkan Suheng?
Bagaimana kalau Suheng tidak mendapatkan kembali ingatannya? Bagaimana kalau….” “Nah, nah! Itulah, Lihiap. Bagaimana kalau…. bukankah itu hanya permainan pikiran yang membayangkan hal-hal yang tidak ada dan belum terjadi?
Apa gunanya membayangkan hal-hal yang belum ada? Kita harus belajar mengenal diri sendiri, mengenal pikiran-pikiran kita…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader