BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menang melawanmu. Mengapa?” Bertanya demikian, sepasang matanya menatap tajam seolah-olah hendak menjenguk isi hati Han Ki.
“Aku tidak akan tega mencelakakan engkau, Nona. Aku tidak suka membikin susah orang lain, apalagi engkau!” “Mengapa aku diistimewakan?”
Han Ki bukanlah seorang yang pandai bicara, maka dia merasa terdesak di sudut, setelah memandang gadis itu dengan pandang mata bingung, dia menarik napas panjang dan menjawab,
“Entah mengapa…. aku…. aku kasihan kepadamu. Engkau seorang gadis yang amat baik, amat lihai, sungguh aku tidak mengerti mengapa engkau pura-pura mengenalku sebagai suhengmu.
Sudahlah, mari kau kuantar keluar dari kota agar engkau dapat pergi dengan aman.” Ia menjenguk ke bawah dan melihat pasukan-pasukan pengawal datang mengurung tempat itu,
ia menggerakkan tangan berkata, “Pergilah kalian semua! Biarkan aku sendiri yang mengurus Nona ini!” Siauw Bwee juga menjenguk ke bawah.
Dan ia melihat betapa para perwira komandan pasukan memandang Han Ki dengan heran, akan tetapi mereka tidak berani membantah dan pergilah para pasukan pengawal itu.
Harus membujuknya di tempat sunyi, pikir Siauw Bwee, agar tidak terganggu orang lain. “Baiklah, mari kauantar aku keluar kota.”
Akhirnya dia berkata. “Baik, aku akan mengantarmu ke luar kota dan setelah itu engkau harus pergi dan berjanji padaku tidak akan mengacau di kota lagi.
Karena aku akan merasa menyesal sekali kalau aku terpaksa harus melawanmu seba gai musuh.” Pemuda itu lalu memanggil pelayan.
Membayar makan minumnya lalu meloncat turun dari loteng diikuti oleh Siauw Bwee yang menjadi girang sekali.
Dengan diantar oleh Kam Han Ki, pengawal kepercayaan Bu-koksu, tidak ada seorang pun berani mengganggu Siauw Bwee.
Dan dengan tenang Siauw Bwee berjalan di samping suhengnya keluar dari pintu gerbang utara. Bukan main girangnya hati Siauw Bwee dapat berjalan bersama suhengnya yang diam saja.
Dan melihat betapa para penjaga memberi hormat kepada Han Ki, hatinya terasa perih dan berduka. Biarpun dia berjalan di samping suhengnya.
Namun Kam Han Ki pada saat itu bukanlah suhengnya, melainkan pengawal nomor satu dari koksu negara.
Akan tetapi baru saja mereka keluar dari pintu gerbang, terdengar suara kaki kuda berderap dan sepasukan pengawal melakukan pengejaran dari belakang.
Dari jauh terdengar suara yang amat berpengaruh dan melengking nyaring tanda bahwa yang mengeluarkan suara menggunakan khi-kang yang amat kuat.
“Kam-siauwte, berhenti dulu!” Han Ki menghentikan langkahnya, lalu berkata kepada Siauw Bwee. “Nona, itu Koksu bersama para pengawalnya datang.
Lebih baik kau lekas lari pergi, biarlah aku yang akan membujuknya agar melepaskan engkau dan tidak melakukan pengejaran sehingga tidak terjadi bentrokan antara engkau dan pihak kami.”
Siauw Bwee maklum bahwa dalam keadaan kehilangan ingatan ini, Han Ki telah menjadi pengawal yang setia dari Bu-koksu, dan apabila…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader