BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Sedangkan kalau musuh datang kalian lari terbirit-birit? Memalukan sekali!” Muka Si Perwira menjadi merah.
“Nona, kalau engkau melawan, hal itu hanya menunjukkan bahwa Nona adalah seorang musuh. Kami hanya melakukan tugas, mengapa Nona hendak menggunakan kekerasan?”
“Siapa yang menggunakan kekerasan? Siapa yang memulai dengan pertentangan ini? Aku tidak ada urusan dengan kalian, sudahlah, jangan mengganggu!”
Siauw Bwee melangkah hendak pergi, memasuki pintu rumah penginapan, akan tetapi perwira itu sudah menghadang dan kini sudah menghunus pedangnya.
“Berhenti! Sikap Nona makin mencurigakan dan kami terpaksa menangkap Nona. Kalau Nona menyerah dengan baik-baik, kami akan mengiringkan Nona ke kantor.
Kalau Nona melawan, terpaksa kami menggunakan kekerasan!” Siauw Bwee makin naik darah. Dia berdiri dengan kedua kaki terpentang lebar, kedua tangan di pinggang dan ia menghardik.
“Aku tidak mau ditangkap, hendak kulihat kalian akan bisa berbuat apa?” “Tangkap dia!” Perwira itu mengeluarkan aba-aba.
Bagaikan kucing-kucing kelaparan memperebutkan seekor tikus, empat orang perajurit pengawal sudah menubruk maju, penuh gairah untuk meringkus tubuh yang padat menggairahkan itu.
“Plak-plak-plak-plak!” Empat kali tangan Siauw Bwee menampar dan empat tubuh terlempar dan roboh terjengkang seperti disambar petir!
“Ahh, ternyata dugaanku benar! Engkau bukan perempuan sembarangan, engkau adalah mata-mata yang mengacau di Sian-yang itu!”
Perwira muda itu mencabut pedangnya dan menerjang maju. Akan tetapi, dengan gerakan kaki yang luar biasa, kaki kiri Siauw Bwee menendang.
Tepat mengenai tangan yang memegang pedang sehingga pedang terlempar ke atas, kemudian disusul kaki kanan menendang lutut, membuat perwira itu roboh terguling.
Pedang yang meluncur turun itu disambut oleh tangan Siauw Bwee yang membentak marah, “Kau main pedang, ya?
Nah, makan pedangmu sendiri!” Gadis yang marah itu sudah menggerakkan pedang, bukan untuk membunuh hanya untuk sekedar melukai memberi hajaran.
Akan tetapi tiba-tiba sebutir kacang goreng melayang dan tepat menotok pergelangan tangannya yang memegang pedang.
Siauw Bwee terkejut bukan main karena totokan sebutir kacang goreng itu membuat seluruh lengan kanannya tergetar dan lumpuh sehingga pedang rampasannya terlepas dari pegangan!
Betapa lihainya pelempar “senjata rahasia” itu! Dia dapat mengerahkan sin-kangnya sehingga lengannya pulih kembali dan cepat memandang ke atas dari mana serangan tadi datang.
Ia melihat seorang laki-laki duduk dengan tenang di atas loteng depan rumah makan sambil minum arak dan makan kacang goreng, sama sekali tidak memandang ke bawah seolah-olah tidak mengacuhkannya.
Akan tetapi begitu melihat laki-laki itu jantung Siauw Bwee berdebar keras. Orang yang dicari-carinya, Kam Han Ki, kiranya orang yang melemparnya dengan kacang goreng.
Pantas saja lemparannya demikian tepat menotok jalan darah di pergelangan tangannya dan membuat pedangnya terlepas!
“Suheng….!” Ia menjerit penuh kegirangan dan tubuhnya sudah melompat ke atas loteng itu, dipandang oleh para pengawal dan penduduk…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader