BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Coa Leng Bu mengangguk-angguk. “Engkau benar, Lihiap. Di sini banyak terdapat orang lihai, dan dengan kepandaianku yang masih rendah, aku hanya akan menjadi penghalang saja.
Baiklah, kita berpisah di sini, aku akan menuju ke hutan itu dan mempersiapkan obat-obatnya yang harus kucari lebih dulu. Kau berhati-hatilah dan semoga kau berhasil membujuknya pergi ke sana.”
“Aku sama sekali bukan bermaksud merendahkan kepandaianmu, Supek….” “Tidak, memang kenyataannya demikian.
Aku tidak menyesal, dan selamat tinggal, Lihiap, semoga semua berjalan baik.” Setelah berkata demikian, kakek itu meninggalkan Siauw Bwee kembali ke pintu gerbang dan keluar dari kota Siang-tan.
Siauw Bwee menarik napas panjang. Ia merasa menyesal terpaksa harus mengeluarkan kata-kata menyinggung hati supeknya yang baik itu.
Sungguhpun ia yakin bahwa supeknya yang bijaksana tidak merasa tersinggung dan dapat melihat kenyataan bahwa kalau supeknya ikut bersama dia mencari suhengnya.
Keadaan tidak akan menguntungkan mereka. Maka dia pun melanjutkan perjalanannya memasuki kota besar Siang-tan, mencari-cari rumah penginapan.
Rumah penginapan Sin-lok adalah sebuah rumah penginapan yang cukup besar, bahkan mempunyai rumah makan sendiri di sampingnya.
Melihat rumah penginapan ini, Siauw Bwee menghampiri pintu dan bermaksud hendak menyewa kamar di situ.
Akan tetapi, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya ketika ada suara orang berseru, “Heii, Nona! Tunggu dulu!”
Ia menoleh dan kiranya yang menegurnya adalah seorang perwira pengawal yang memimpin pasukan pengawal sebanyak dua belas orang.
Agaknya mereka ini bertugas meronda di kota yang sudah bersiap-siap menghadapi penyerbuan musuh dan yang kini melakukan penjagaan dan perondaan ketat.
Setelah kemarin terjadi keributan yang ditimbulkan oleh Maya dan para pembantunya, terutama sekali pemberontakan beberapa orang pengemis yang berhasil dihasut oleh Kwa-huciang.
“Mau apa engkau menahan aku?” Siauw Bwee sudah bangkit lagi kemarahannya melihat perwira itu dan semua anak buahnya memandang kepadanya sambil tersenyum-senyum.
Perwira itu meraba gagang pedangnya dan berkata, “Harap Nona tidak melawan. Aku menangkap Nona dan harap suka ikut ke kantor untuk diperiksa.”
“Apa salahku? Mengapa aku ditangkap dan diperiksa, untuk apa?” Siauw Bwee membentak, tidak mempedulikan wajah beberapa orang yang sudah datang untuk menonton.
Dan kini mereka memandang kepada Siauw Bwee dengan muka khawatir menyaksikan sikap gadis itu yang galak dan berani melawan pasukan pengawal.
“Kalau aku tidak salah lihat, aku pernah melihat Nona di Sian-yang. Kalau benar dugaanku, Nona adalah seorang mata-mata, kalau aku salah lihat.
Setelah diperiksa oleh komandan kami, Nona tentu akan dibebaskan, disertai maaf kami.”
“Gila! Aku tidak mau ditangkap, tidak mau diperiksa. Aku seorang pengungsi, apakah kalian ini bisanya hanya mengganggu wanita saja…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader