BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menghadang di depan itu tentulah orang-orang kang-ouw. Sikap mereka gagah dan bukanlah kasar seperti sikap perampok.
Ada tujuh orang laki-laki yang menghadang di depan, berjajar memenuhi jalan. Komandan dan para perwira memberi aba-aba menghentikan kereta.
Kemudian memerintahkan pasukan mengurung kereta-kereta itu, dan dia sendiri bersama sisa pasukan lalu melarikan kuda menghampiri orang-orang yang menghadang itu.
Seorang laki-laki berusia lima puluh tahun, dengan sebatang golok besar di punggung, berjenggot panjang dan bersikap gagah perkasa, memimpin para penghadang itu.
Berdiri bertolak pinggang dan sinar matanya tajam menatap Sang Panglima yang duduk dengan angkuhnya di atas kuda sambil membentak,
“Kalian mau apakah menghadang di sini? Minggirlah! Apakah tidak melihat bahwa kami pasukan pengawal dari kerajaan?
Apakah kalian ini pemberontak-pemberontak atau pengkhianat-pengkhianat yang hendak melawan pasukan kerajaan?”
Laki-laki berjenggot panjang itu mengelus jenggotnya dengan tangan kiri, kemudian menjawab, “Ciangkun, kami adalah orang-orang gagah yang sama sekali tidak berjiwa pengkhianat atau pemberontak.
Bahkan sebaliknya, kami adalah patriot-patriot negara yang menjadi pelindung rakyat yang tertindas!
Negara dalam keadaan perang. Mengapa para pembesar hanya mementingkan kesenangan diri pribadi dan menambah beban rakyat dengan menculik dan memaksa gadis-gadis orang untuk dijadikan korban kebuasan nafsu pembesar?
Kami tidak akan melawan pasukan kerajaan, akan tetapi kami menuntut agar para gadis yang ditawan dalam kereta itu dibebaskan!”
“Hemm, enak saja kau bicara! Para gadis ini adalah calon-calon dayang atau selir pangeran, nasib mereka sudah pasti akan jauh lebih baik daripada kalau mereka berada di rumah.
Mereka akan menjadi orang-orang terhormat dan hidup mewah, bahkan keluarga mereka akan ikut pula menjadi orang terhormat.
Kalian bilang bukan pemberontak, akan tetapi hendak menentang kehendak pangeran dan hendak melawan pasukan pemerintah.
Pergilah sebelum kami basmi kalian kaum petualang pemberontak!” “Ciangkun, alasan kuno yang kaukemukakan itu memuakkan!
Kau sendiri tahu betapa gadis-gadis itu pergi dengan paksaan. Dengar mereka terisak-isak, menangis. Kalau mereka pergi dengan sukarela, kami pun bukan orang-orang yang lancang mencampuri urusan orang.
Akan tetapi karena melihat gadis-gadis itu dipaksa yang berarti penindasan kejam, kami tak mungkin berpeluk tangan saja.
Kalau kau tidak mau membebaskan mereka sekarang juga, terpaksa kami menggunakan kekerasan.” “Si pemberontak keparat! Serbu!”
Panglima itu mengeluarkan aba-aba dan para pengawal yang berjalan kaki sudah bersorak sambil maju menyerbu tujuh orang itu.
Mereka ini pun sudah mencabut senjata masing-masing dan terjadilah pertandingan yang seru antara tujuh orang gagah itu melawan tiga puluh orang pasukan pengawal.
Sedangkan yang lain bertugas menjaga kereta – kereta dengan mengurungnya. Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa merasa serba salah.
Orang-orang kang-ouw itu ternyata cukup lihai sehingga banyak anak buah pengawal yang roboh, sedangkan panglima dan para perwira juga terdesak.
Terutama sekali Si Jenggot Panjang amat lihai mainkan goloknya. Dua orang…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader