BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tiba-tiba muncul seorang pemuda yang bukan lain adalah Ji Kun. Dia lari dari samping menangkap kendali kuda, meloncat ke atas punggung kuda.
Dan diam-diam dia mencabut dan membuang dua buah duri yang tadi menancap di dekat ekor kuda, kemudian dia menarik kembali kuda dan menggunakan kekuatan tangan.
Diam-diam mengerahkan sin-kangnya, kakinya menjapit perut kuda. Semua ini dilakukan oleh Ji Kun dengan mengurangi ketangkasannya.
Sehingga dia tidak kelihatan sebagai seorang ahli silat yang berkepandaian tinggi, melainkan sebagai seorang ahli mengatasi kuda-kuda kabur.
Setelah dua ekor kuda itu berhenti, dia pura-pura lemas dan ketika melompat turun, dia terhuyung dan hampir jatuh.
Sambil mengusap keringatnya dia berkata, “Wah, bahaya sekali….! Dua ekor kuda ini malam tadi tentu makan rumput merah dan menjadi binal!”
Panglima dan para perwira sudah tiba di situ dan melihat mereka, Ji Kun cepat menjatuhkan diri berlutut. Dengan pandang mata penuh kecurigaan panglima itu bertanya,
“Engkau siapa?” “Nama hamba Can Ji Kun, pekerjaan hamba sebagai ahli kuda. Dahulu di utara hamba pernah bekerja kepada seorang peternak kuda yang besar.
Kemudian karena perang hamba lari ke selatan dengan maksud mencari pekerjaan yang sesuai dengan kepandaian hamba.
Kebetulan hamba melahat kereta dikaburkan kuda dan mengandalkan keahlian hamba, hamba lupa diri dan menolong. Harap Tai-ciangkun sudah memaafkan kelancangan hamba.”
Hilanglah kecurigaan panglima itu dan dia mengangguk-angguk. “Bagus, kami berterima kasih, Ji Kun. Kalau engkau mencari pekerjaan, mulai sekarang kau boleh mengurus kuda dan mengusiri kereta ini. He kau turun!”
Bentak Sang Panglima kepada kusir yang masih pucat wajahnya. Dengan tubuh gemetar kusir itu turun dari atas kereta dan sekali mengulur tangan panglima itu telah merampas cambuk.
Kemudian mencambuki kusir itu sambil memaki-maki, “Manusia tolol! Goblok! Hampir saja engkau mencelakakan kita semua!”
Cambuk itu menari-nari di atas tubuh kusir yang berlutut dan minta-minta ampun. Pakaiannya robek-robek dan kulit tubuhnya babak-belur dan berdarah.
Setelah puas, panglima itu berkata, “Kau harus jalan di belakang kereta, pengadilan akan menjatuhkan hukuman nanti di kota!”
Rombongan itu berangkat lagi dan kini Can Ji Kun duduk di tempat kusir, memegang cambuk dan mengendalikan kuda menarik kereta.
Di mana duduk pula Ok Yan Hwa yang menjadi girang sekali melihat betapa siasat mereka berjalan lancar dan berhasil baik.
Tentu saja dua ekor kuda itu tadi kabur ketika diam-diam Yan Hwa menyerangnya dari belakang dengan dua buah duri.
Yang sudah dipersiapkannya sebelumnya, menyambitkan duri-duri itu mengenai pantat kuda yang menjadi kaget dan kesakitan lalu kabur!
Tak lama kemudian, rombongan memasuki hutan besar yang ditakuti Sang Komandan. Tiba-tiba komandan ini berteriak.
“Awas, di depan ada orang!” Ji Kun yang berada di depan kereta pertama, sudah melihat orang-orang itu dan dia mengerutkan alisnya. Jelas tampak olehnya bahwa yang…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader