BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Hemmm….” Sang Perwira menggosok-gosok jenggot pendeknya, “Bawa dia kepada Ciangkun, kurasa jalan satu-satunya hanyalah menggantikan yang hilang dengan dia ini.”
Yan Hwa menjerit-jerit ketika dipaksa ikut bersama mereka menuju ke rombongan kereta dan di situ dia menjadi tontonan semua pengawal.
Panglima yang memimpin pasukan pengawal mendengarkan laporan perwira dan mengangguk-angguk.
“Memang tidak ada jalan lain yang lebih baik lagi. Eh, Nona muda. Siapa namamu?” “Nama saya Yan Hwa, she Ok,” jawab Yan Hwa yang tidak khawatir memperkenalkan nama aselinya.
Karena namanya memang tidak terkenal. “Dengar, Ok Yan Hwa. Engkau ingin mati atau hidup?” Suara panglima itu terdengar keren dan penuh ancaman.
Dengan sin-kangnya yang sudah tinggi tingkatnya Yan Hwa dapat membuat jalan darahnya terhenti sehingga mukanya menjadi pucat.
“Saya…. saya ingin hidup, Tai-ongya….” “Hushh! Aku bukan kepala perampok!” bentak Si Panglima yang disebut tai-ong (raja besar), sebutan yang biasa dipergunakan orang terhadap kepala perampok.
“Sebut aku Tai-ciangkun, mengerti?” “Baik, Tai-ciangkun….” “Kalau engkau ingin hidup, mulai sekarang engkau harus menjadi seorang di antara gadis-gadis cantik di.
Dalam kereta ini untuk dipersembahkan kepada Pangeran Ciu Hok Ong di Siang-tan. Engkau tidak boleh menceritakan tentang peristiwa malam ini kepada siapapun juga.
Katakan bahwa engkau adalah seorang di antara mereka yang kami pilih. Kalau engkau menurut, engkau akan hidup mewah dan mulia di istana Pangeran.
Mungkin menjadi selir Pangeran yang terkasih, sedikitnya menjadi pelayan istana. Kalau menolak, sekarang juga kusembelih lehermu sampai putus!”
“Iihhh…. ampun…. ampun, Tai-ciangkun…. hamba tidak berani menolak, hanya…. hamba harus memberi tahu ayah ibu dulu di dusun….”
“Tidak usah! Tinggal pilih, sekarang juga, ingin mati atau hidup?” Yan Hwa menangis akan tetapi mengangguk-angguk.
“Baik, Tai-ciangkun…. hamba…. hamba menurut….” Yan Hwa disuruh memasuki kereta terdepan dan dipaksa berganti pakaian yang indah.
Semua siuli memang diharuskan berpakaian indah dan panglima itu masih mempunyai beberapa potong pakaian untuk perlengkapan.
Setelah itu, komandan pasukan mempersiapkan orang-orangnya untuk memberangkatkan rombongan kereta itu.
Akan tetapi, kembali terjadi kekacauan ketika rombongan itu baru saja berangkat, tiba-tiba dua ekor kuda yang menacik kereta terdepan, meringkik keras lalu membedal ke depan seperti dikejar setan.
Sia-sia saja kusirnya berusaha menahan kedua kuda yang kabur itu, bahkan kini panglima itu sendiri bersama beberapa orang pembantunya membalapkan kuda untuk mengejar dan menyelamatkan kereta itu.
Kalau sampai kereta terguling dan lima orang siuli di dalamnya celaka, benar-benar mereka menghadapi kesulitan besar!
Dua ekor kuda penarik kereta yang kabur itu, melihat panglima itu dan pembantu-pembantunya mengejar, menjadi makin binal.
Kusirnya berteriak-teriak dengan panik, menarik-narik kendali kuda namun tetap tidak berhasil menghentikan kaburnya dua ekor kuda itu……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader