BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Nya dari belakang dengan sebatang pedang. Dengan mudah saja Maya membalikkan tubuh, membiarkan pedang lawan dan sekali tangan kanannya bergerak.
Pedang itu telah dirampasnya dan sebuah tamparan tangan kirinya membuat Panglima Sung itu terpelanting dan roboh telentang di depannya.
“Heiiii…. kau…. Nona…. siapa dan mengapa….?” Suma Hoat mengelak dari sebuah tusukan tombak dan menoleh kepada Maya.
Tergagap saking herannya ketika melihat seorang dara yang demikian cantik jelita tahu-tahu datang membantunya! Melihat wajah Maya ia tepesona dan terbelalak.
Dia telah gila! Mengapa sekarang dia pun terpesona, jantungnya berdebar tidak karuan menyaksikan wajah dara ini?
Sungguh mati dia harus mengakui bahwa getaran jantungnya ketika melihat wajah itu sama sekali berbeda dengan getaran nafsu kalau dia melihat wanita-wanita cantik!
Wajah ini…. luar biasa sekali, lebih cantik daripada mendiang Ciok Kim Hwa, lebih jelita daripapada wajah Khu Siauw Bwee!
Mungkinkah dia begitu mudah jatuh cinta sekarang? Apakah setelah beberapa bulan ini dia menghentikan petualangannya sebagai Jai-hwa-sian.
Dia lalu mudah tergila-gila dan jatuh cinta dalam arti kata yang murni terhadap setiap gadis cantik yang dijumpainya?
Akan tetapi, kalau tadi dia terpesona oleh wajah itu, oleh kecantikannya, kini dia terpesona menyaksikan betapa pedang rampasan di tangan dara jelita itu berkelebatan merupakan gulungan sinar yang luar biasa sekali.
Dan semua senjata para pengurungnya patah disambar sinar yang bergulung-gulung. Hebat bukan main!
Mengapa dia selalu bertemu dengan dara-dara yang seperti bidadari namun memiliki kepandaian seperti iblis!
Biarpun Maya mengamuk, namun dia berhati-hati sekali, tidak mau membunuh seorang pun tentara yang kalau dalam perang tentu akan dibasminya sebanyak mungkin itu.
Dia tidak mau menghadapi kesulitan yang tentu timbul kalau sampai dia melakukan pembunuhan.
“Bunuh mata-mata…. !” Terdengar teriakan keras dan seorang panglima lain yang mukanya seperti tengkorak, berpakaian preman.
Melayang turun dari atas genteng, terjun ke dalam medan pertempuran itu. Setelah dekat, ternyata muka seperti tengkorak itu lebih mirip muka kuda.
Suma Hoat membalikkan tubuhnya dan orang bermuka kuda itu terbelalak. berseru, “Kongcu….!”
“Eh, Siangkoan Lee! Engkau di sini….?” Suma Hoat juga berseru. “Saya mengawal kereta Taijin, itu di sana….” Siangkoan Lee pelayan dan juga murid Suma Kiat itu cepat membentak,
“Tahan senjata! Apakah kalian sudah buta? Kongcu ini adalah putera Suma-goanswe (Jenderal Suma)!”
Para komandan pasukan mengenal Siangkoan Lee, maka tentu saja mereka terkejut mendengar ini dan mengeluarkan aba-aba untuk menghentikan pengeroyokan.
Sementara itu, ketika Maya melihat munculnya Siangkoan Lee, dan mendengar bahwa pemuda tampan yang dibantu itu adalah putera Suma Kiat, menjadi kaget setengah mati.
Celaka, pikirnya. Dia talah salah pilih! Tanpa berkata sesuatu dia sudah meloncat ke atas genteng dan menghilang di dalam gelap.
“Heiiii, Nona….! Tunggu….!” Melihat dara perkasa yang telah meng…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader