BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kamu putera musuh besarku, putera si keparat Suma Kiat.” “Ya Tuhan….! Mengapa, Nona? Mengapa engkau memusuhi ayahku?”
“Buka telingamu baik-baik. Suma Hoat! Aku adalah puteri tunggal dari mendiang Khu Tek San! Dan engkau tahu bahwa ayahku dan Menteri Kam Liong, guru ayahku, tewas gara-gara kekejian ayahmu!”
Suma Hoat makin kaget. Dia tidak melihat peristiwa itu, akan tetapi akhir-akhir ini dia sudah mendengar akan hal itu. Dengan muka pucat dia memandang gadis itu, kemudian berkata lemah,
“Sungguh buruk nasibku…. Tuhan mengutukku karena perbuatan ayah…. dan…. dari perbuatanku sendiri. Nona, kalau begitu, kaubunuhlah aku, aku takkan melawanmu….”
“Hemmm, kalau aku hendak membunuhmu, apa kaukira engkau mampu melawanku?” “Khu Siauw Bwee, aku tahu bahwa engkau lihai, akan tetapi harap jangan memandang rendah orang laln.
Dan jangan engkau mencari ayahku, karena selain ayahku berilmu tinggi dan mempunyai benyak pasukan, juga aku bersedia menebus kesalahan ayah kepadamu.
Aku cinta padamu, Nona. Sungguh, aku bersumpah, aku cinta padamu. Lebih baik engkau membalas dendammu kepadaku dan aku rela mati di tangan wanita yang kucinta dengan seluruh tubuh dan nyawaku.”
“Engkau gila! Siapa percaya omonganmu? Engkau perayu. Mana mungkin orang baru berjumpa dua kali sudah menyatakan cinta seperti engkau?
Selain itu, aku tidak akan membunuhmu, aku bukan orang yang membabi buta dalam pembalasan dendamnya. Hanya ayahmu yang bersalah dan ke mana pun dia bersembunyi.
Aku akan dapat mencari dan membunuhnya. Kalau tidak, percuma saja aku bertahun-tahun belajar ilmu di Pulau Es!”
Saking marahnya, Siauw Bwee lupa diri dan menyebut Pulau Es. Suma Hoat makin kaget. “Apa….? Engkau…. engkau…. penghuni Istana Pulau Es….?”
“Benar! Dan kalau engkau hendak membela ayahmu, majulah agar aku mempunyai alasan untuk menghajarmu!”
Lemas rasa seluruh tubuh Suma Hoat. Bukan lemas karena takut, melainkan lemas karena maklum bahwa harapan cintanya musnah sama sekali.
Gadis jelita ini adalah penghuni Istana Pulau Es, selain memiliki ilmu kesaktian yang luar biasa, juga agaknya mencintai orang lain, bahkan menjadi musuh ayahnya.
Tak mungkin dara ini sudi membalas cintanya. “Aku…. aku tidak akan melawanmu, Nona. Betapapun juga, aku tetap mencintamu….
Dan agaknya sudah menjadi nasibku untuk selalu kecewa dalam cinta kasih murni, dan hanya dapat mengecap kenikmatan cinta palsu yang hampa.
Maafkan aku, Nona. Hanya sebuah hal yang kumohon kepadamu untuk mengaku. Benarkah dugaanku bahwa Nona telah mencinta orang lain?”
Menyaksikan sikap yang begitu menderita dan suara yang menggetar seperti hendak menangis, Siauw Bwee, yang berperasaan halus itu kembali merasa kasihan
“Benar dugaanmu, karena itu aku tidak mungkin dapat mendengar pernyataan cinta kasih dari pria lain yang manapun juga!”
Suma Hoat menunduk, jari-jari tangannya meremas. “Krekkk!” Sulingnya hancur berkeping-keping. “Selamat tinggal, Nona. Betapapun juga…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader