BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bulan sepotong yang menciptakan keindahan ajaib, pemandangan remang-remang antara terang dan gelap, seakan-akan menambah kesunyian karena tiada yang menikmati dan mengaguminya.
Hanya belalang, jengkerik, kutu-kutu dan burung malam yang dapat menikmati malam sunyi itu. Makin sunyi, makin menyenangkan bagi mereka.
Mereka dapat bebas mengeluarkan suara, mungkin suara rindu si jantan mengundang si betina, suara untuk melindungi telur atau anak-anak mereka dari bahaya, namun bagi telinga manusia, suara binatang-binatang itu seolah-olah bernyanyi.
Aneh akan tetapi demikianlah kenyataannya bahwa suara-suara berirama ini bahkan menambah rasa sunyi dan hening sang malam.
Yang menciptakan rasa takut dalam hati manusia-manusia yang sudah gelisah oleh bayangan mereka sendiri itu. Kesunyian terasa benar oleh Siauw Bwee yang berada di dalam kamarnya.
Dia rebah sambil termenung, gelisah memikirkan suhengnya. Bagaimanakah kalau benar pendapat Coa Leng Bu bahwa suhengnya menjadi korban racun perampas semangat?
Bagaimana kalau sampai tak dapat disembuhkan? Ngeri dia memikirkan bahwa suhengnya takkan dapat mengenalnya selamanya!
Berkali-kali Siauw Bwee menarik napas panjang dan dia merasa kesunyian, perasaan yang selalu menggoda hatinya semenjak dia meninggalkan Pulau Es.
Kegelisahan dan kesunyian hatinya membuat dia dapat mendengarkan suara binatang malam dengan jelas dan dalam pendengarannya, suara malam itu seperti keluh-kesah yang menggema dari lubuk hatinya.
Tiba-tiba dia bangun duduk di atas pembaringannya. Suara binatang malam terhenti ketika terdengar suara tiupan suling melengking.
Mula-mula suara suling itu rendah seperti keluhan seekor binatang yang terluka, kemudian makin meninggi dan melagu.
Lengking suling yang merdu mengalun, naik turun dengan lika-liku yang halus, suaranya menggetar seolah-olah hawa yang keluar dari mulut peniupnya mengandung hati yang merana.
Siauw Bwee terpesona. Seperti juga semua belalang, jengkerik, dan kutu-kutu malam yang semua diam terpesona, dia pun diam tak bergerak.
Seluruh semangatnya seperti terbetot, terbawa melayang-layang di angkasa, memasuki dunia lamunan.
Suara itu mendatangkan perasaan aneh dan penuh rahasia, seperti perasaan orang kalau mendengarkan dengan penuh perhatian suara angin bersilir mempermainkan daun-daun pohon.
Seperti dendang anak sungai dengan airnya yang bercanda dengan batu-batu sungai, suara air hujan rincik-rincik menimpa permukaan bumi, suara guntur di angkasa di musim hujan.
Suara air laut bergemuruh menghantam karang. Sejenak membuat perasaan pikiran menjadi hampa, sunyi, penuh damai, bebas daripada permainan suka duka.
Namun, suara tiupan suling yang melagu itu menghanyutkannya ke lembah keharuan, mengingatkan dia akan segala kesunyian dan kegelisahannya.
Membuat Siauw Bwee tanpa disadarinya sendiri berlinang air mata. Ketika merasa dua titik air hangat mengalir turun di atas pipinya, barulah dia tersadar.
Cepat dihapusnya air matanya, dan ia terheran-heran. Siapakah yang meniup suling seperti itu? Seolah-olah dia menden…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader