BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menarik perhatian penduduk yang sudah panik dengan adanya pertandingan di dalam warung tadi.
Di dalam hutan di luar dusun itu, mereka bercakap-cakap. Memang benarlah dugaan Siauw Bwee, Suma Hoat telah menjadi kaki tangan Koksu dari Yucen.
Seperti telah klta ketahui, pemuda yang merasa amat menyesal dan berduka karena dia telah membikin lumpuh Ketua Siauw-lim-pai yang tidak mau melawannya.
Kemudian makin menyesal karena dia telah menghina kedua orang bibinya sendiri, yaitu Kam Siang Hui dan Kam Siang Kui.
Bersama Im-yang Seng-cu menyerbu markas besar Hoat Bhok Lama di Pegunungan Heng-toan-san di lembah Sungai Cin-sha.
Dia melihat kedua orang wanita itu tewas dan dia bertemu dengan Bu-tek Lo-jin yang kemudian mengajaknya membunuh Hoat Bhok Lama dan kaki tangannya, kemudian mengangkatnya sebagai murid.
Hati Dewa Pemetik Bunga ini penuh dengan penyesalan akan semua perbuatannya yang lalu, penyesalan yang timbul setelah dia membuat lumpuh kedua kaki Ketua Siauw-lim-pai, yaitu Kian Ti Hosiang.
Penyesalan ini membuat dia mengasingkan diri dan tekun berlatih ilmu silat yang ia peroleh dari Bu-tek Lo-jin yang hanya beberapa bulan saja mengajarkan ilmu-ilmu silat dan Jit-goat-sin-kang kepadanya.
Kemudian kakek aneh itu pergi lagi meninggalkannya. Dengan tekun sekali Suma Hoat menggembleng diri dengan ilmu-ilmu itu sambil berusaha melupakan kesenangannya.
Yaitu bermain asmara dengan wanita-wanita cantik yang membuatnya dijuluki Jai-hwa-sian. Gurunya menceritakan kepadanya bahwa dia menipunyai tiga orang suheng yang tinggal di tebing Lembah Kaum Kusta.
Ketika dia mengunjungi mereka ke sana, dia hanya bertemu dengan Coa Leng Bu, suhengnya yang ke dua, dan dia enggan menjumpai twa-suhengnya dan sam-suhengnya.
Ketika mendengar dari ji-suheng ini bahwa mereka itu menjadi ketua dari kaum liar dan kaum penderita kusta.
Apalagi karena ia mendapat kenyataan bahwa biarpun disebut ji-suheng, kepandaian Coa Leng Bu tidaklah lebih tinggi daripadanya.
Setelah meninggalkan ji-suhengnya, Suma Hoat lalu teringat kepada ayahnya. Benar bahwa dia telah disakiti hatinya, telah diusir tanpa salah.
Karena bukankah permainan asmara dengan Bu Ci Goat adalah karena rayuan ibu tirinya itu? Betapapun juga, dia adalah anak tunggal, dia harus menghadap ayahnya yang sudah tua.
Dia harus membantu ayahnya setelah kini dia memiliki ilmu kepandaian tinggi. Teringat akan ayahnya, Suma Hoat merasa dirinya makin berdosa dan semua ini adalah gara-gara wanita!
Gara-gara Ciok Kim Hwa! Kalau dia tidak patah hati karena Ciok Kim Hwa membunuh diri, tentu dia tidak sampai bentrok dan diusir ayahnya.
Sehingga kemudian dia membalas dendamnya kepada para wanita dan menjadi seorang pemerkosa dengan Julukan Jai-hwa-sian!
Bahkan kemudian membuat dia melakukan hal yang amat keji, yaitu membuat Ketua Siauw-lim-pai yang sakti dan berbudi mulia itu menjadi cacad, lumpuh kedua kakinya.
Dia harus menebus semua dosanya itu, dengan jalan berbakti kepada ayahnya, berbakti kepada negara, dan berbakti kepada kemanusiaan.
Dengan pikiran inilah Suma Hoat mencari ayahnya, menahan nafsu berahinya yang kadang-kadang bergejolak setiap ia melihat wanita cantik…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader