BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Sambil meloncat maju. Dia merasa penasaran dan marah sekali kepada Siauw Bwee yang tadi memandang rendah serta menghinanya.
Dia bukan seorang kejam yang suka membunuh orang akan tetapi karena nama besar dan kehormatannya tersinggung, dia ingin memberi hajaran kepada gadis ini.
Pek-mau Seng-jin tersenyum. Orang kasar macam Koan Tek ini perlu juga menerima hajaran, pikirnya, karena dia yakin bahwa Koan Tek bukanlah lawan kedua orang ini.
“Mundurlah, biar aku yang maju lebih dulu!” Leng Bu berkata kepada Siauw Bwee. Dia maklum bahwa murid keponakannya itu hendak menyembunyikan nama dan keadaannya.
Maka dia tidak menyebut nama. Sebaliknya Siauw Bwee pun maklum mengapa paman gurunya ini hendak maju biarpun pundaknya sudah terluka.
Tentu paman gurunya ini hendak maju lebih dulu sehingga kalau sampai kalah, Siauw Bwee dapat menggantikannya.
Kalau Siauw Bwee yang maju lebih dulu dan sampai kalah, tentu Leng Bu pun tidak akan berdaya lagi. Maka Siauw Bwee segera melangkah mundur dan berkata.
“Hati-hatilah, Supek. Pundakmu terluka, mengapa memaksa diri?” Dengan ucapan ini Siauw Bwee kembali menghina Koan Tek.
Seolah-olah dia hendak menonjolkan kenyataan bahwa biarpun pundaknya terluka, kakek petani itu masih berani maju menghadapi Koan Tek yang berarti memandang rendah.
“Petani tak tahu diri, kausambutlah seranganku!” Koan Tek berseru nyaring dan dia sudah maju menerjang dengan pukulan keras ke arah dada Leng Bu.
Leng Bu tidak dapat terlalu menyalahkan Siauw Bwee yang menyambut tantangan sehingga terpaksa terjadi pertandingan.
Dia sendiri tentu saja masih dapat bersabar dan mundur menghadapi tantangan, akan tetapi seorang muda seperti Siauw Bwee, tentu sukar untuk mengelakkan tantangan seperti itu.
Maka dia mendahului Siauw Bwee menyambut lawan sehingga seandainya ia dapat menang dan mengatasi hal ini, tidak akan terjadi persoalan yang lebih hebat.
Dia khawatir apabila Siauw Bwee yang maju, tangan dara yang ampuh itu akan terlalu keras dan terjadi pembunuhan.
Selain itu, andaikata rombongan ini berniat buruk, kalau sampai dia kalah, masih ada Siauw Bwee yang jauh lebih lihai untuk menghadapi mereka.
Pendeknya, biarpun pundaknya luka, dia hendak maju sebagai pengukur keadaan dan iktikad hati mereka ini. Jotosan tangan Koan Tek itu merupakan serangan yang cukup kuat dan cepat.
Leng Bu mengenal juga serangan ini dan tahu bahwa lawannya adalah seorang ahli gwa-kang yang memiliki tenaga kasar yang besar.
Jurus itu adalah jurus Hek-houw-to-sim (Macan Hitam Menyambar Jantung), sebuah pukulan ke arah dada kirinya dengan kepalan tangan diputar ke kanan kiri ketika lengan itu meluncur dari pinggang.
Pukulan semacam ini dapat menghancurkan batu! Coa Leng Bu yang memiliki tingkat lebih tinggi daripada Koan Tek yang kasar itu.
Hanya dengan melangkah ke belakang saja sudah cukup untuk menghindarkan pukulan itu. Akan tetapi Koan Tek sudah menyambung serangannya dengan jurus serangan berikutnya.
Yaitu lengan kirinya meluncur ke depan berbareng dengan kaki kiri, memasukkan dua jari tangan kiri ke arah leher lawan. Itulah jurus Sian-jin-ci-lou…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader