BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Terdengar bentakan harus, “Tahan!” Dan tampak berkelebat bayangan orang, tahu-tahu Pek-mau Seng-jin sendiri telah berdiri menghadang mereka sambil tersenyum-senyum.
Tadi ketika mendengar ucapan Siauw Bwee yang menyinggung “pihak ke tiga”, Koksu itu menjadi kaget sekali dan ia maklum bahwa dara itu telah mengetahui keadaannya sebagai pihak ke tiga.
Yaitu bukan golongan Mancu dan bukan pula golongan Sung. Maka dia menjadi khawatir kalau-kalau gadis itu akan membuka rahasianya yang akan menyukarkan penyamaran dan penyelidikannya.
Juga dia menjadi curiga. “Nona, siapakah engkau? Dan di golongan manakah engkau berdiri?” Ingin sekali Siauw Bwee memperkenalkan diri dan menyerang Koksu itu.
Akan tetapi dia masih menahan diri karena maklum bahwa Koksu ini disertai rombongan orang yang berkepandaian tinggi.
Tentu saja dia tidak takut, hanya dia khawatir akan keselamatan supeknya yang telah terluka pundaknya.
“Aku dan Supek adalah orang-orang perantauan yang tak perlu berkenalan dengan siapapun juga, tidak mempunyai urusan dengan kalian dan tidak mencari perkara.
Sudahlah, harap kau orang tua suka minggir dan membiarkan kami lewat!” “Ha-ha-ha, benar-benar lantang suaranya!
Nona, aku kagum sekali menyaksikan keberanian dan kelihaianmu. Orang-orang di dunia kang-ouw berkata bahwa sebelum bertanding tidak akan dapat saling menghargai dan berkenalan.
Oleh karena itu, setelah kebetulan sekali kita saling bertemu di sini, aku menantang Ji-wi untuk saling menguji kepandaian.”
Panaslah hati Siauw Bwee. Betapapun dia ingin menghindari pertempuran, akan tetapi kalau ditantang terang-terangan seperti itu, mana mungkin dia mundur lagi?
“Hemm, kalian mengandalkan banyak orang untuk menghina?” tanyanya sambil memandang ke arah rombongan itu, tersenyum mengejek.
Memang Siauw Bwee memiliki wajah yang arnat cantik jelita, maka biarpun dia tersenyum mengejek wajahnya tampak manis dan menarik sekali.
“Ha-ha-ha! Selain tabah dan pandai bicara, juga cerdik sekali. Nona muda, aku akan merasa malu mengeroyok seorang yang patut menjadi cucuku.
Tidak sama sekali, kami bukanlah rombongan pengecut yang main keroyok, melainkan orang-orang yang dapat menghargai kepandaian orang lain dan melalui kepandaian itu kami ingin berkenalan dan bersahabat.
Bagaimana, Nona? Aku berjanji tidak akan mengeroyok melainkan menguji kepandaian satu lawan satu!” “Siapa takut? Majulah!”
Siauw Bwee diam-diam merasa girang karena kini dia memperoleh kesempatan untuk menghajar musuh yang pernah menawannya ini dan tidak takut akan pengeroyokan.
Karena ucapan yang keluar dari mulut seorang Koksu tentu saja dapat dipercaya. Pek-mau Seng-jin kembali tertawa.
“Hebat! Sebegitu muda sudah memiliki keberanian besar, mengingatkan aku akan kegagahan mendiang pendekar sakti wanita Mutiara Hitam!
Tidak, Nona. Dunia kang-ouw akan mentertawakan Pek-mau Seng-jin kalau aku melayani seorang muda seperti engkau. Biarlah aku diwakili oleh….”
“Perkenankanlah hamba menghadapinya!” Tiba-tiba Koan Tek berkata…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader