BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Petani sederhana dan dara jelita itu benar-benar bukan orang sembarangan. Biarpun petani itu hanya pura-pura mengambil sumpit yang jatuh.
Tidak seperti gadis itu yang sengaja memperlihatkan kepandaiannya, namun jelas bahwa petani sederhana itu bukan ahli silat biasa.
Sambitannya tadi tidak mengandung tenaga yang mematikan, namun telah disambitkan dengan kecepatan sentilan jari tangan dan meluncur cepat sekali.
Tak tampak oleh mata dan karena kecil ringan maka desir anginnya lirih sekali. Namun telah dapat disambut oleh mereka dengan cara mengagumkan!
Orang she Koan yang sebetulnya hanyalah seorang di antara kaki tangan bangsa Yucen untuk daerah itu dan yang kini bertugas sebagai penunjuk jalan, tidak melihat apa yang baru terjadi.
Kini dia disuruh mendekat, dibisiki oleh Pek-mau Seng-jin. Orang itu mengangguk-angguk dan memandang ke arah Siauw Bwee dengan alis berkerut dan sinar mata heran.
Bayangkan saja, pikirnya. Koksu minta dia mempersilakan dua orang itu untuk makan bersama sebagai tamu terhormat yang diundang!
Koan Tek, demikian nama orang ini, adalah seorang jago silat yang terkenal di daerah itu, maka dihormati oleh pemilik warung makan.
Dia berwatak kasar dan memandang rendah orang lain dan tentu saja orang yang suka memandang orang yang dianggap berada di bawahnya, selalu menjilat kepada orang-orang atasannya.
Mendengar Koksu mengundang dua orang itu yang dianggapnya hanya seorang petani miskin dan seorang gadis cantik, dia merasa penasaran sekali.
Sepanjang pengetahuannya, Koksu Yucen dan para panglimanya adalah orang-orang peperangan yang gagah perkasa, tak pernah terdengar mereka itu suka mempermainkan wanita cantik.
Apakah sebabnya kini Koksu mengundang kedua orang ini? Akan tetapi, dia tidak berani membantah dan dengan langkah lebar ia menghampiri meja Siauw Bwee.
Karena kedua orang itu merupakan orang yang diundang Koksu, maka dia menjura dengan sikap hormat paksaan sambil berkata, “Ji-wi diundang untuk makan bersama dengan rombongan kami.”
Coa Leng Bu yang maklum akan kekerasan hati Siauw Bwee, cepat mendahului murid keponakannva itu dan dia berdiri sambil membalas penghormatan Koan Tek.
“Terima kasih atas undangan Sicu. Kami berdua telah makan dan sudah hendak melanjutkan perjalanan. Harap maafkan kami.”
Dia memberi kedipan mata kepada Siauw Bwee untuk berdiri dan meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, penolakan yang tak disangka-sangka oleh Koan Tek ini membuat dia mendongkol dan marah.
Boleh jadi kedua orang ini tidak mengenal rombongan Koksu dari Yucen, akan tetapi dia yang mengundangnya, mengapa mereka tidak memandang mata kepadanya?
“Loheng, mungkin karena Ji-wi belum mengenal saya, tidak suka menerima undangan kami,” katanya dengan nada agak keras.
“Perkenalkanlah, saya Koan Tek, di sini dikenal sebagai Koan-taihiap dan orang-orang yang kami undang bukanlah orang-orang sembarangan, berarti bahwa kami telah menjunjung tinggi kehormatan Ji-wi.
Maka saya ulangi, harap Ji-wi tidak menolak undangan kami untuk berkenalan dan makan bersama!”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader