BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Itu dan meja bangku bekas mereka dibersihkan oleh tukang warung dan pelayan-pelayannya.
Kemudian orang she Koan itu bersama rombongannya yang masih menanti di luar warung, dipersilakan masuk.
Orang she Koan dengan sikap amat ramah, hormat bahkan menjilat, mempersilakan seorang kakek tua yang agaknya menjadi pimpinan rombongan itu untuk duduk di bangku kepala.
Dapat dibayangkan betapa jaget rasa hati Siauw Bwee ketika mengenal kakek ini dan dia melirik dengan penuh perhatian.
Kakek itu sudah tua sekali, tentu sudah ada delapan puluh tahun usianya, rambutnya sudah putih semua, panjang seperti juga jenggotnya.
Namun matanya masih berkilat-kilat jernih seperti mata anak kecil dan kulit mukanya masih merah segar seperti orang muda.
Pakaiannya seperti seorang sastrawan dan tangannya menggerak-gerakkan sebatang kipas sutera yang terlukis indah. Dia tersenyum-senyum lebar ketika memasuki warung itu.
Biarpun sudah bertahun-tahun tak pernah berjumpa, namun Siauw Bwee segera mengenal kakek ini yang bukan lain adalah Pek-mau Seng-jin.
Koksu Negara Yucen yang amat sakti! Juga ia dapat menduga bahwa dengan adanya Koksu Yucen di situ, tentulah rombongan itu terdiri dari orang-orang penting dari bangsa Yucen.
Dugaannya memang tidak salah karena rombongan itu adalah tokoh-tokoh pengawal dan Panglima Kerajaan Yucen, bahkan di antara mereka terdapat Panglima Dailuba yang terkenal.
Panglima Besar Yucen yang pandai sekali akan ilmu perang dan ilmu silat, bertubuh tinggi besar, bermuka lebar dan mukanya brewok, usianya sudah enam puluh tahun namun masih kelihatan tangkas dan kuat.
Coa Leng Bu sudah bertahun-tahun mengasingkan diri sehingga dia tidak mengenal rombongan itu, akan tetapi pandang matanya yang tajam dapat mengenal orang pandai.
Sekali pandang saja dia dapat menduga bahwa biarpun disebut pendekar besar, orang she Koan itu hanyalah ahli silat biasa saja.
Akan tetapi kakek berambut putih dan rombongannya itu adalah orang-orang yang sakti, maka dia bersikap waspada dan memperhatikan wajah murid keponakannya yang jelas kelihatan berubah.
Pek-mau Seng-jin sendiri sekali pandang sudah dapat menduga bahwa wanita muda yang cantik jelita dan seorang kakek berpakaian sederhana.
Yang duduk menyendiri di sudut itu tentulah bukan orang-orang sembarangan, dan bukanlah pengungsi-pengungsi biasa.
Koksu ini adalah seorang yang sakti dan cerdik. Pada waktu itu, bangsa Yucen mulai berkembang kemajuannya dan melihat penyerbuan-penyerbuan bangsa Mancu terhadap Kerajaan Sung Selatan,
Koksu Yucen sengaja menahan pasukan-pasukannya dan membiarkan mereka berperang. Hal ini menguntungkan Yucen karena dapat menyusun kekuatan.
Yang kelak dapat dipergunakan memukul kedua bangsa yang tentu menjadi lemah oleh perang. Kini bangsa Yucen hanya menjadi penonton.
Menanti saat baik untuk mengalahkan semua musuh yang sudah lelah karena bertanding sendiri. Kedatangannya di tempat itu selain hendak melihat-lihat keadaan dengan mata kepala sendiri.
Juga untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan golongan-golongan yang kuat untuk membantu gerakan bangsa Yucen kalau waktunya sudah tiba.
Kini melihat Siauw Bwee yang sudah tidak dikenalnya lagi karena…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader