BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Suling Emas lalu menceritakan semua pengalamannya dengan Suma Ceng, ibu Kiang Liong (dalam cerita Cinta Bernoda Darah).
“Demikianlah, cinta kasih antara kami direnggut. Kami dipisahkan dengan paksa, sedangkan ibumu telah mengandung engkau, Anakku.
Hanya untuk menjaga nama baik keluarga ayah bundamu, maka engkau diberi she Kiang seperti ayahmu.
Padahal engkau adalah puteraku, dan hal ini agaknya diketahui pula oleh ayahmu maka dia membesarkan engkau menjadi muridku.”
Makin lama mendengar cerita Suling Emas, makin pucat wajah Kiang Liong, dan akhirnya ia menubruk kaki Suling Emas sambil mengeluh “Ayahhh….”
“Liong-ji, anakku. Mulai sekarang, kita tidak perlu berpura-pura, tidak perlu bersembunyi, kau sebut ayah padaku, jangan suhu. Aku sudah bosan untuk berpura-pura bersih. Kita tidak perlu berpaling lagi dari kenyataan.”
“Ayah…., kiranya Ayah demikian menderita oleh asmara. Ah, semoga saja tidak menurun kepadaku, Ayah.” Merah wajah Suling Emas.
Ah, Anakku engkau tidak tahu, aku belum bercerita tentang Ratu Yalina! Akan tetapi ia menekan perasaannya dan berkata, “Ada terjadi apakah, Liong-ji?”
“Ayah, terus terang saja, setelah mengetahui bahwa engkau adalah ayahku, dan karena Kaisar menganggap aku pemberontak, aku segan kembali ke kota raja. Aku…. aku…. mohon Ayah sudi melamarkan….“
“Ah, engkau mempunyai pilihan hati? Semoga engkau bahagia, tidak seperti ayahmu. Siapakah gadis itu, Liong-ji? Tentu Ayah akan melamarkan untukmu, karena engkau sudah cukup dewasa.”
“Dia bukan orang lain, masih anak keponakan Ayah sendiri, yaitu Mutiara Hitam.” kata Kiang Liong sambil menundukkan muka.
Dan untung bagi Suling Emas bahwa pada saat itu Kiang Liong menundukkan muka, kalau tidak tentu akan melihat betapa wajahnya menjadi pucat sekali dan matanya terbelalak lebar.
Harus diakui bahwa Suling Emas adalah seorang pendekar besar yang sudah menguasai perasaan hatinya, tenang dalam segala hal, bahkan dalam menghadapi bahaya maut sekalipun.
Akan tetapi, mendengar betapa puteranya jatuh cinta dan minta dilamarkan puterinya, ia hampir pingsan!
Timbul penyesalan yang amat besar di hatinya, semua ini terjadi sebagai tamparan bagi mukanya, tamparan yang keluar dari mulut Ong Toan Liong.
Mengingatkan ia akan semua peristiwa dahulu, semua perbuatannya, karena hal-hal ini timbul sebagai akibat daripada perbuatannya dahulu.
Akan tetapi mengakui sekarang di depan Kiang Liong bahwa pemuda ini melamar adik sendiri? Ah, ia tidak tega. Ia sendiri mengakui semua perbuatannya, bersedia memetik buah tanamannya sendiri.
Namun mengingat puteranya, ia tidak sampai hati. Dengan suara halus ia berkata. “Liong-ji, kau tidak usah kembali ke kota raja. Dan tentang perjodohan, marilah kau ikut bersamaku ke Khitan.”
Hanya sekian Suling Emas berkata, tidak sanggup bicara panjang karena khawatir kalau-kalau lidahnya tak kuasa membendung pertahanan hatinya….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader