BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Setelah berhasil mengelabuhi penjagaan terakhir di depan ruangan itu, Maya dan Siauw Bwee girang sekali. Pakaian luar panglima itu segera mereka copot.
Maya meloncat turun dan kedua orang anak perempuan yang berani itu menyelinap dan memilih tempat duduk di bagian paling depan sehingga mereka dapat menonton ke ruangan dalam di mana Kaisar sedang menjamu tamu-tamunya!
Para panglima yang melihat munculnya dua orang gadis cilik dekat mereka, menjadi heran dan ada yang menegur.
Maya mendahului Siauw Bwee yang sudah mulai agak gelisah. “Dia adalah puteri Panglima Khu yang hadir di situ, dan aku adalah keponakan Menteri Kam yang hadir pula di situ. Kami ikut dengan mereka dan ditempatkan di sini. Apakah Cu-wi Ciangkun berkeberatan?”
Memang hebat sekali, amat tabah dan cerdik. Sekecil itu dia sudah dapat “berdiplomasi” dan menggunakan kata-kata yang menyudutkan para panglima itu.
Tentu saja tidak ada seorang pun di antara mereka berani menyatakan keberatan menerima puteri Panglima Khu yang terkenal, apalagi keponakan Menteri Kam!
Bahkan mereka tersenyum-senyum gembira karena dua orang bocah itu biarpun masih kecil, merupakan “pemandangan” yang menarik dan memiliki kecantikan yang mengagumkan.
Para utusan Kerajaan Yucen sudah mulai merah mukanya oleh pengaruh arak wangi dan percakapan mulai lebih bebas dan berani.
Menteri Kam yang duduk tak jauh dari Kaisar, bersikap tenang saja dan beberapa kali mengerling ke arah Jenderal Suma Kiat yang duduk dekat panglima besar dan Guru Negara Yucen.
Sejak tadi Jenderal Suma ini bercakap- cakap dan tertawa-tawa dengan kedua orang tamu agung, bahkan sering kali berbisik-bisik, kelihatannya akrab sekali.
Han Ki yang berdiri di belakang Menteri Kam sebagai pengawal tidak bergerak seperti arca, akan tetapi sinar matanya kadang-kadang layu kadang-kadang berapi kalau memandang ke arah para utusan Raja Yucen. Khu Tek San juga duduk dengan tenang.
Tiba-tiba panglima besar Kerajaan Yucen yang bertubuh tinggi besar, bercambang bauk, matanya tajam dan sikapnya gagah sekali, berpakaian perang yang megah mewah.
Mengangkat tangan ke atas dan memberi hormat dengan berlutut sebelah kaki ke arah Kaisar, suaranya terdengar garang dan keren,
“Perkenankan hamba menghaturkan selamat kepada Kaisar yang ternyata memiliki banyak menteri dan jenderal yang pandai dan setia.
Kalau tidak demikian, hamba rasa kegembiraan malam ini takkan kita rasakan bersama, akibat perbuatan seorang Menteri Sung yang tidak patut terhadap Kerajaan Yucen.
Hamba sebagai utusan Sri Baginda di Yucen, sama sekali tidak menyalahkan Kerajaan Sung, karena hamba tahu bahwa yang menjadi biang keladi hanyalah seorang menteri yang bersikap lancang seolah-olah lebih berkuasa daripada kaisarnya sendiri!”
Semua yang hadir menahan napas, menghentikan percakapan dan makan, menanti dengan jantung berdebar karena utusan itu menyinggung hal yang gawat.
Semua orang mengerti siapa yang dimaksudkan oleh panglima besar Yucen itu. Menteri Kam dan Khu Tek San saling pandang sejenak, akan tetapi keduanya masih bersikap tenang-tenang saja…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader