BEBASBARU.ID, NASIONAL – Amerika Serikat diam-diam pantau pembangunan IKN di Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Mega proyek yang telan lebih dari 400 triliun ini jadi perhatian dunia.
Apalagi pulau Kalimantan kadung di sebut paru-paru dunia, tapi hancur lebur karena pertambangan batubara dan pembukaan lahan sawit.
NASA membandingkan kondisi hutan di Kaltim pada 26 April 2022 ketika pembangunan IKN belum dimulai. Dalam foto itu, terlihat hamparan hijau hutan di Kaltim.
Pada foto satunya yang diambil 19 Februari 2024, tampak perubahan mencolok imbas proyek pembangunan IKN. Pada foto ini, nampak tanah telah tersingkap untuk membangun infrastruktur jalan dan bangunan.
Melansir laman resmi NASA, kedua foto tersebut diambil oleh OLI-2 (Operational Land Imager-2) pada Landsat 9 dan OLI pada Landsat 8.
Tahap awal pembangunan IKN melibatkan pembangunan fasilitas pemerintah dan bangunan lain untuk populasi awal yang diperkirakan mencapai 500 ribu orang.
Rencananya, IKN akan menjadi kota metropolitan yang “hijau dan dapat dilalui dengan berjalan kaki”, didukung oleh energi terbarukan, dengan 75 persen dari kota yang tersisa adalah hutan.
Namun, beberapa peneliti khawatir perubahan tata guna lahan ini dapat membahayakan hutan dan satwa liar di wilayah tersebut.
Bentangan lahan dan perairan pesisir yang sedang dikembangkan kaya akan keanekaragaman hayati dan merupakan rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan pesut mahakam.
Meski kawasan ini telah berubah secara substansial selama satu setengah tahun terakhir, IKN masih jauh dari selesai. Pembangunannya direncanakan rampung pada 2045.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya setuju memindahkan ibu kota dari Jakarta ke IKN. Salah satu faktor di balik pemindahan ini karena Jakarta berpotensi tenggelam di masa depan.
Sebuah studi 2011 yang terbit dalam jurnal Natural Hazards menemukan Jakarta tenggelam 1 hingga 15 cm per tahun, dan beberapa daerah tenggelam hingga 28 cm per tahun.
Penurunan yang terus menerus dan naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim membuat masa depan kota ini terancam.
Kalimantan adalah pulau non-benua terbesar ketiga di dunia dan jauh lebih sedikit penduduknya dibandingkan dengan Pulau Jawa. Pulau ini terbagi antara Indonesia, Malaysia dan Brunei.
Kalimantan Kota Metropolitan Masa Depan
Kalimantan pun dinilai punya banyak ruang untuk membangun kota metropolitan baru yang modern dari awal.
Namun, di sana juga terdapat banyak bentang alam, melansir LiveScience.
Borneo merupakan pusat keanekaragaman hayati yang merupakan rumah bagi ekosistem yang kaya dan banyak spesies unik, yang dapat terancam oleh pembangunan.
Membangun kota menghasilkan emisi dan membutuhkan infrastruktur pendukung yang membentang di luar perbatasannya.
Sejumlah pihak khawatir pembangunan IKN akan menimbulkan konflik masyarakat dan merusak alam.
Myrna Asnawati Safitri, deputi Otoritas Ibu Kota Nusantara untuk lingkungan dan sumber daya alam, menepis beberapa kekhawatiran tersebut.
Ia mengatakan bahwa pembangunan tersebut tidak akan mengorbankan lingkungan.
“Jika Anda bertanya kepada saya, saya katakan tidak, karena, pertama, kerangka peraturan dan perencanaan pembangunan dengan jelas menyatakan bahwa pembangunan ibu kota baru bertujuan untuk merehabilitasi lingkungan yang telah rusak,” kata Safitri.
Sebagian besar kota ini dibangun di atas konsesi penebangan dan pemukiman yang sudah habis masa berlakunya, dan pemerintah ingin menghijaukan kembali lahan-lahan gundul di sekitar ibu kota yang baru.***