BEBASBARU.ID, DUNIA ISLAM – Setelah puasa lebih cepat satu hari dari versi pemerintah dan NU, kini PP Muhammadiyah juga memutuskan Lebaran 1 Syawal 1445 Hijriah adalah Rabu (10/04/2024) besok.
Muhammadiyah berpatokan pada kalender Hijriah, yang selalu genap 30 hari, tanpa gunkan hilal atau kalender masehi.
Sementara PB NU dan pemerintah sampai saat ini belum mengumumkan kapan lebaran, karena masih menunggu pantauan hilal di 120 titik.
Keputusan tersebut berdasar Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Dilansir dari laman resminya pada hari ini, tinggi bulan pada saat matahari terbenam pada 9 April 2024 di Yogyakarta adalah -07° 48′ LS dan 2 = 110° 21′ BT) +06° 08′ 28″ atau yang berarti hilal sudah wujud.
Tak hanya itu, di wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam, bulan juga sudah berada di atas ufuk.
Informasi mengenai hilal tersebut berdasarkan data yang dikutip dalam Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H.
Adapun pemerintah, masih menunggu sidang isbat yang akan diselenggarakan oleh Kementerian Agama dalam menetapkan Idul Fitri 1445 H.
Dalam Media Gathering Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar Sabtu, 6 April lalu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menghormati keputusan yang diambil pemerintah.
Kendati demikian, Haedar berharap ke depannya ada satu kalender Hijriyah yang bersifat global. “Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) ini nantinya jika diberlakukan secara global.
Maka tidak akan ada lagi terjadi perbedaan penetapan bulan-bulan krusial seperti Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah,” kata Haedar dalam keterangan tertulisnya di laman resmi Muhammadiyah.
PP Muhammadiyah, lanjut Haedar, dengan rendah hati dan terus mengkomunikasikan agar umat Islam bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia perlu mengarah pada KHGT.
Haedar menjelaskan, KHGT merupakan komitmen nyata Muhammadiyah dalam menyatukan kalender hijriah yang berlaku secara internasional.
“Sehingga kemudian, dapat memberikan kepastian (eksak) hal ihwal penanggalan, khususnya penanggalan khusus Hijriah.
“Namun untuk mewujudkannya butuh proses panjang sampai diterima secara luas di kehidupan,” kata Haedar.***