BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Sumoi…. kau ampunkan aku….” Maya memeluk dan menciumi sumoinya akan tetapi melihat sumoinya diam tak bergerak, disangkanya sumoinya telah tewas.
Maka dia menjerit-jerit memanggil nama sumoinya, kemudian roboh terguling, pingsan sambil merangkul tubuh Siauw Bwee yang juga pingsan.
Mereka tidak tahu betapa pada saat mereka mulai bertanding tadi, badai datang mengamuk. Tidak tahu betapa Han Ki yang datang dengan perahu karena mendengar suara panggilan Siauw Bwee tadi sedang berjuang mati-matian di tengah badai.
Han Ki mendayung perahunya dengan susah payah karena perahu itu diombang-ambingkan gelombang. Dengan hati berdebar penuh kegelisahan memikirkan kedua orang sumoinya.
Han Ki mengerahkan seluruh tenaganya, namun sampai lama sekali barulah akhirnya dia berhasil minggirkan perahunya dan meloncat ke darat.
Badai masih mengamuk hebat, seolah-olah laut menjadi marah menyaksikan pertandingan antara suci dan sumoi yang mati-matian tadi.
Han Ki sama sekali tidak pernah mengira bahwa kedua orang sumoinya itu bertanding mati-matian di atas tebing, di pantai yang curam.
Dia berlari-lari ke istana, hendak memperingatkan kedua sumoinya bahwa badai dan taufan datang mengamuk. Akan tetapi, istana itu sunyi, kedua orang sumoinya tidak berada di situ.
Dia mulai memanggil-manggil dan berlari ke sana-sini. Akhirnya dia berlari naik ke atas tebing yang tinggi dan berdiri terbelalak, kedua kakinya seperti mendadak lumpuh tak dapat digerakkan.
Bahkan dia hampir pingsan menyaksikan pemandangan di depan itu!
Apa yang dilihatnya memang telalu mengerikan bagi Han Ki. Kedua sumoinya saling berpelukan dan bertangisan di atas tanah yang masih bersalju, yang kini menjadi merah oleh darah!
Dia tidak tahu bahwa kedua orang dara itu telah siuman kembali dan bertangisan tanpa kata-kata. Yang membuat Han Ki hampir pingsan adalah melihat sebelah kaki Siauw Bwee buntung dan pundak Maya terluka berat.
Tiba-tiba Siauw Bwee merenggutkan tubuhnya terlepas dari pelukan Maya, kemudian tubuh gadis itu mencelat ke pinggir tebing, dikejar oleh Maya yang menjerit-jerit kini memanggil nama Siauw Bwee dan menangis.
Namun terlambat, tubuh Siauw Bwee sudah mencelat ke bawah tebing, ke arah air laut yang sedang bergemuruh dan dahsyat bergelora itu! Maya menjerit-jerit, kemudian gadis itu meloncat ke bawah mengejar sumoinya!
Han Ki terlampau kaget dan ngeri ketika dapat bergerak. Andaikata dia dapat bergerak pun akan terlambat, karena jaraknya terlampau jauh.
Kini dia berloncatan dan berlarian seperti orang gila sambil berteriak-teriak,
“Siauw Bwee….! Maya….!”
Han Ki berdiri di pinggir tebing dan matanya terbelalak memandang gelombang ombak yang begitu dahsyat, seolah-olah timbul ribuan buah kepala naga siluman yang siap mencaplok apa saja yang berani turun!
Betapapun dia mencari dengan pandang mata terbelalak, tidak tampak adanya dua orang sumoinya yang tadi dilihatnya meloncat ke bawah.
“Maya-sumoi….! Khu-sumoi….!” kembali dia memekik, kemudian dia menuruni tebing yang curam sekali itu.
Sungguh mengerikan sekali melihat Han Ki berlari dan berloncatan turun. Sekali terpeleset tubuh…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader