BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Anak-anak itu baru berusia kurang lebih enam tahun ketika mereka menolongnya dan suami isteri yang tidak mempunyai keturunan ini lalu mengambil mereka sebagai murid.
Anak laki-laki bernama Can Ji Kun, sedangkan yang perempuan bernama Ok Yan Hwa. Semenjak saat itu, kedua orang anak tadi selalu diajak merantau.
Hanya kadang-kadang saja mereka berempat tinggal di atas puncak sebuah gunung untuk selama satu atau dua tahun, lalu tempat itu ditinggalkan lagi karena suami isteri yang berdarah perantau itu tidak pernah merasa betah tinggal di suatu tempat untuk waktu yang terlalu lama.
Demikianlah, ketika mereka mendengar pergolakan yang terjadi di utara, Mutiara Hitam merasa khawatir akan nasib kerajaan kakak kembarnya, yaitu Ratu Talibu di Khitan, lalu mereka berempat berangkat ke daerah utara.
Pada pagi hari itu, Mutiara Hitam dan suaminya berlari-larian cepat sekali di daerah Khitan. Ketika tiba di pinggir hutan, mereka berhenti dan Pek-kong-to.
Tang Hauw Lam menoleh ke belakang lalu berseru dengan suara nyaring bergema karena ia mengerahkan khi-kangnya.
“Ji Kun…. ! Yan Hwa….!” Hayo cepat kalian menyusul ke sini!” Mutiara Hitam berkata sambil menghela napas panjang.
“Dua orang muda kita itu tiada hentinya bersaing dan berlumba, seperti anjing dengan kucing saja! Mengapa mereka tidak pernah kelihatan akur?”
Suaminya tertawa dan kalau sudah tertawa, Tang Hauw Lam ini nampak masih seperti seorang pemuda!
“Ha-ha-ha, mengapa disusahkan? Hal itu malah baik sekali, karena persaingan menimbulkan kemajuan! Maka sebaiknya kalau mereka itu kita latih secara terpisah pula, biar aku melatih Ji Kun dan engkau melatih Yan Hwa.
Dengan demikian, persaingan di antara mereka akan makin menghebat dan mereka akan berlumba saling mengalahkan sehingga memperoleh kemajuan pesat.”
Mutiara Hitam mengerutkan keningnya. Hemm, aku sangsi apakah cara itu akan membawa kebaikan. Jangan-jangan mereka akan menyeret kita dalam persaingan dan percekcokan di antara mereka!”
“He-heh-heh! Kita terbawa dan saling cekcok? Jangan khawatir, isteriku, sampai bagaimanapun juga, mana bisa aku menangkan engkau?”
Mutiara Hitam memandang suaminya dan mau tidak mau ia tertawa juga. Hidup di samping suaminya yang selalu berwatak jenaka itu mana bisa ia merasa bosan dan susah?
“Sesukamulah, akan tetapi engkau pun harus menurunkan ilmu-ilmu yang kumiliki kepada Ji Kun.” “Tentu saja…. tentu….! Jangan khawatir, mereka berdua kelak akan terkenal sebagai murid Mutiara Hitam!
Ilmu keturunan keluarga Suling Emas tidak boleh terhenti begitu saja!” Pada saat itu, tampak dua titik hitam dan kiranya mereka adalah dua orang anak laki-laki dan perempuan yang berlari secepatnya ke tempat itu.
Tepat seperti dugaan suami isteri pendekar ini, kedua orang anak itu bukan sembarangan berlari, melainkan berlumba lari, berdulu-duluan sampai ke tempat guru mereka!
Ketika tiba di situ, Ji Kun menang beberapa meter dan hal ini diterima oleh Yan Hwa dengan muka cemberut sungguhpun seperti juga Ji Kun, napasnya sudah senin kemis tinggal satu-satu!….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader