BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Melangkah mundur, seolah-olah dia sungkan menerima penghormatan Pat-jiu Sin-kauw yang berlutut di depannya.
Sejenak Pat-jiu Sin-kauw terbelalak, heran sendiri mengapa tahu-tahu dia jatuh berlutut. Ketika mendengar suara ketawa ditahan di sana-sini, dia marah sekali dan meloncat berdiri.
Siap untuk menerjang mati-matian mengadu nyawa. “Pat-jiu Sin-kauw, cukup! Mundurlah, Nona ini benar-benar lihai sekali, terlalu lihai untukmu.
Agaknya hanya Kam-siauwte saja yang tepat menjadi lawannya. Kam-taihiap, harap maju dan kalahkan Nona itu untukku!”
Pat-jiu Sin-kauw tidak berani membantah dan mengundurkan diri, sedangkan Han Ki yang duduk di jendela, ketika mendengar perintah itu, mengangkat muka memandang kepada Koksu.
Kemudian menoleh dan memandang Siauw Bwee. Nona ini masih berdiri dan juga memandang kepadanya. Pandang mata mereka bertemu dan mulut Siauw Bwee berseru.
“Suheng….!” Akan tetapi ia tahu bahwa sia-sia saja panggilannya ini karena Han Ki memandang kepadanya seperti pandang mata orang asing.
Bahkan alisnya berkerut sebagai tanda kalau hatinya tidak senang. Tiba-tiba tubuh Han Ki melesat dari jendela itu.
Melayang dan tiba di depan Siauw Bwee! Kembali mereka berpandangan, kini dari jarak dekat karena mereka berdiri saling berhadapan.
Hati Siauw Bwee terharu sekali. Wajah suhengnya kini kelihatan muram ditindih duka, sinar matanya kosong, dan jelas tampak olehnya bahwa suhengnya itu sama sekali tidak bahagia.
Akan tetapi dengan kaget ia pun dapat melihat bahwa suhengnya sudah siap untuk menerjangnya.
“Suheng…. jangan melawanku….!” Ia berkata dengan hati bingung. Han Ki memandangnya dengan sinar mata kosong, kemudian terdengar ia berkata.
“Bu-loheng menyuruh aku mengalahkan engkau. Aku akan menangkapmu untuk Bu-loheng!” “Suheng, ingatlah! Aku Khu Siauw Bwee….! Suheng….!”
Siauw Bwee cepat menghindar ketika tangan kiri Han Ki meluncur dan mencengkeram pundaknya. “Eh, kau pandai juga!”
Han Ki yang cengkeramannya luput itu telah membalikkan tangan dan menyambar ke arah lengan Siauw Bwee untuk menangkap lengan itu.
Akan tetapi kemball tangkapannya luput! “Kam-siauwte, jangan sungkan-sungkan, pukul roboh dia!”
Tiba-tiba Koksu berkata nyaring, “Dia datang mengacau!” Han Ki mengerutkan alisnya. “Baik, Loheng!” Dan kini dia menerjang maju memukul ke arah lambung Siauw Bwee.
Tentu saja pukulannya mantap dan kuat sekali sehingga Siauw Bwee yang maklum bahwa suhengnya ini tidak main-main cepat mengelak dan mengibaskan lengan menangkis.
“Plakkk!” Tubuh Siauw Bwee terhuyung ke samping karena betapapun juga, tenaga sin-kangnya masih belum dapat menandingi tenaga Han Ki.
Selagi terhuyung, Han Ki sudah mengejar dengan tendangan ke belakang lutut dan tumitnya, tendangan beruntun yang amat berbahaya……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader