BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dan tampan itu, tangannya meraba gagang pedang, jantungnya masih berdebar tegang karena tadi dia mengira bahwa tentu laki-laki di atas pohon itu yang mengganggunya.
Di bawah sinar api unggun yang kemerahan, mereka saling pandang dan setelah kini berhadapan, Yu Goan menjadi makin terpesona.
Kiranya dara itu setelah didekatinya, malah jauh lebih jelita daripada ketika ia melihat dari atas tadi, dan masih amat muda!
“Mudah saja membela diri. Sudah jelas engkau mengintai aku dari atas pohon, atau engkau pun hendak menyangkal lagi?” Siauw Bwee mencela, suaranya dingin.
Yu Goan menggeleng kepala. “Saya tidak menyangkal telah melihatmu dari atas pohon, Nona, akan tetapi bukanlah salahku.
Bukan niatku sengaja hendak mengintai, karena aku telah berada di atas pohon lama sebelum Nona datang dan membuat api unggun di bawah pohon ini.”
Siauw Bwee memandang marah, teringat akan benda-benda mencorong yang menimbulkan rasa ngeri di hatinya, yang kini ia duga tentulah perbuatan pemuda ini.
“Engkau membohong!” Yu Goan menarik napas panjang. “Nona, membohong atau tidak bukan hal yang dapat dipersoalkan, karena seorang pembohong tentu saja tidak mau mengaku.
Akan tetapi, andaikata Nona yang berada di sini terlebih dulu, kemudian aku datang mengintai dari atas pohon, bagaimana mungkin sampai tidak tahu ada orang datang dan memanjat pohon?
Aku bukan dewa, bukan pula iblis seperti makhluk-makhluk aneh tadi.” Siauw Bwee termenung dan akhirnya ia mengangguk-angguk.
Dia dapat menangkap kebenaran ucapan itu karena biarpun dari gerakan pemuda ini ketika mengelak dan melompat turun tadi, terbukti bahwa pemuda ini bukan seorang lemah.
Namun kiranya masih tidak mungkin pemuda ini dapat datang dan meloncat ke atas pohon itu tanpa dia ketahui sama sekali.
“Kalau begitu, mengapa engkau diam saja dan sengaja mengintaiku dari atas pohon?” “Habis, apa yang harus kulakukan, Nona?”
“Mengapa engkau tidak menegurku sehingga aku tahu bahwa ada orang di atas pohon?” “Ahh, mana aku berani, Nona?
Andaikata engkau seorang pria, tentu saja aku akan langsung menegurmu dan berkenalan. Akan tetapi engkau seorang wanita muda, bagaimana aku berani menegur dan bersikap tidak sopan?
Aihhhh, Nona, kalau saja engkau tahu betapa tersiksa hatiku di atas sana tadi, tak tahu harus berbuat apa, turun tidak berani diam saja bagaimana.
Aihh, benar-benar tersiksa. Aku hanya mengkhawatirkan suatu hal….” Tiba-tiba pemuda itu berhenti dan mukanya yang tampan menjadi merah sekali.
Ia pun menunduk dan merasa telah terlanjur, menurutkan suara hatinya. Siauw Bwee kini sudah hilang kemarahannya.
Bahkan diam-diam ia senang sekali melihat sikap yang halus, pandang mata yang penuh perhatian, tutur kata yang sopan dan tersusun rapi.
Ia percaya bahwa pemuda seperti ini tidak mungkin seorang penjahat.
Akan tetapi keraguan pemuda dalam kalimat terakhir tadi kembali membangkitkan kecurigaannya dan ia cepat berkata mendesak…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader