BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Luncuran sehingga mereka dapat turun ke tepi seberang padang rumput dengan selamat.
Dengan kemarahan meluap-luap mereka tidak sempat berterima kasih kepada keponakan mereka yang tadinya mereka benci itu.
Melainkan terus mengejar bayangan Hoat Bhok Lama yang berlari ke depan sambil tertawa-tawa. Kakek itu lari mendekati sebuah gunung batu karang di sebelah depan.
Melihat kenekatan kedua orang bibinya, Suma Hoat menjadi khawatir sekali. Dia dan Im-yang Seng-cu baru saja tiba di tempat itu dan hampir mereka terlambat menolong Siang Kui dan Siang Hui.
“Monyet tua itu lihai dan licik sekali, kita harus membantu bibimu!” Im-yang Seng-cu berkata, “Aku harus membawa senjataku, lontarkan aku ke sana!”
Suma Hoat mengangguk, lalu ia memegang lengan kanannya dan mengerahkan sin-kang melemparkan tubuh kawan itu ke seberang depan.
Im-yang Seng-cu menjepit tongkatnya dengan jari kaki yang telanjang dan dia pun mengerahkan gin-kangnya untuk membantu tenaga lontaran Suma Hoat.
Pemuda tampan ini sampai amblas kedua kakinya yang menginjak kayu ketika melontarkan tubuh kawannya.
Kemudian ia menggunakan kayu itu sebagai perahu untuk menyusup di antara rumput hijau menuju ke seberang.
Hoat Bhok Lama tadinya tertawa-tawa menanti dua orang wanita yang sudah tidak memegang senjata.
Dia merasa yakin kini akan dapat menawan mereka, akan tetapi ketika ia melihat dua orang laki-laki muda yang lihai itu juga mengejar.
Cepat kakek ini mengeluarkan suara melengking panjang untuk memberi isyarat kepada anak buahnya.
Pada saat Im-yang Seng-cu dan Suma Hoat tiba di seberang padang rumput atau telaga yang tertutup rumput itu.
Dari atas puncak gunung karang tampak datang banyak orang anak buah Beng-kauw yang menjadi kaki tangan Hoat Bhok Lama.
Melihat ini Suma Hoat berteriak, “Harap Bibi berdua hadapi tikus-tikus dari atas itu. Serahkan monyet tua ini kepada kami!” Sekali ini Kam Siang Kui dan Kam Siang Hui tidak membantah.
Diam-diam mereka merasa berbesar hati bahwa keponakan mereka itu agaknya telan insyaf dan kini datang bersama seorang bertelanjang kaki.
Yang kelihatan juga lihai sekali untuk membantu mereka menghadapi pendeta Lama yang menyelewengkan Beng-kauw.
Kam bersaudara juga tahu diri, maklum bahwa mereka tidak akan mampu menandingi Hoat Bhok Lama, apalagi setelah mereka kehilangan senjata mereka.
Maka mereka hanya mengangguk dengan pandang mata bersyukur, kemudian mereka lari naik menyambut rombongan anak buah Hoat Bhok Lama.
Dengan beberapa kali loncatan Suma Hoat dan Im-yang Seng-cu sudah berhadapan dengan Hoat Bhok Lama yang sudah menanti dengan sepasang gembreng di tangan.
Dan sepasang mata yang memandang ringan, mulutnya menyeringai menyambut dua orang muda itu dengan ucapan memuji,
“Wah, kepandaian kalian boleh juga! Siapakah kalian orang-orang muda yang berani menentang Ketua Beng-kauw?”
Suma Hoat tidak mau menjawab dan sudah akan menerjang maju, akan tetapi Im-yang Seng-cu tertawa menjawab, “Anak buah Beng-kauw yang kaupimpin adalah penyeleweng-penyeleweng …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader