BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Suma Kiat pun akan selalu terdesak. Kini, setelah kedua orang itu membantunya, Suma Kiat mendesak Ji Kun dengan hebat.
Sedangkan Siangkoan Lee dan Bu Ci Goat dapat pula menandingi kehebatan ilmu pedang Yan Hwa. Kedatangan pasukan-pasukan Sung di bawah pimpinan tiga orang panglima yang memberontak terhadap Suma Kiat.
Membuat keadaan perang menjadi berat sebelah dan pihak barisan Sung menjadi kocar-kacir. Sebagian besar tewas dan kini mulailah ada perajurit membalikkan tubuh dan melarikan diri.
Menyaksikan keadaan ini, mulailah Maya memperhatikan lain hal, yaitu keinginannya untuk membunuh Suma Kiat. Ketika dia melihat betapa musuh besar yang telah mencelakakan Menteri Kam Liong, Panglima Khu Tek San.
Dan juga suhengnya itu kini sedang mendesak Ji Kun sedangkan Yan Hwa juga didesak oleh dua orang pembantu panglima itu, Maya lalu cepat menghampiri mereka.
“Trangggg….!” Tubuh Suma Kiat terhuyung ke belakang dan pundak kirinya terluka, bajunya robek berdarah. Ia memandang Maya, dengan wajah pucat dan mata mendelik saking marahnya.
“Hemmm, agaknya engkau inikah Panglima Wanita Maya yang terkenal itu?” bentaknya. Maya tersenyum, senyum dingin yang menyeramkan hati Suma Kiat.
“Benar, akulah Maya. Apakah engkau telah lupa, Suma Kiat? Lupa kepada dua orang anak yang menyelundup masuk ke istana ketika menyambut utusan Kerajaan Yucen?”
Suma Kiat membelalakkan matanya. “Engkau….? Engkaukah…. Maya puteri Raja Talibu?” Diam-diam ia bergidik. Kiranya kini ia berhadapan dengan keturunan keluarga Suling Emas lagi!
Dua orang murid Mutiara Hitam belum dapat ia robohkan, kini muncul keponakan Mutiara Hitam yang agaknya memiliki kepandaian lebih hebat, puteri dari Raja Talibu, kakak kembar Mutiara Hitam!
Mulailah panglima ini menjadi gentar hatinya, apalagi ketika ia menoleh ke sekeliling melihat betapa pasukannya sudah kocar-kacir.
Bahkan ia melihat seorang penunggang kuda yang berpakaian gagah dan mewah, yang ia kenal sebagai Pangeran Bharigan dari Mancu! Suma Kiat maklum bahwa dalam keadaan terkurung seperti itu.
Dia dan dua orang pembantunya sudah tidak dapat membebaskan diri. Ia melihat selirnya dan muridnya masih melawan Ok Yan Hwa dengan gigih, dan diam-diam ia pun hendak berlaku nekat.
Melawan sampai mati ketika tiba-tiba timbul akal yang amat baik di otaknya. “Persetan kalian! Mampuslah!” Kedua tangan panglima ini bergerak.
“Awas jarum berbisa!” Maya cepat berteriak memperingatkan orang-orangnya sambil mengibaskan lengan bajunya. Jarum-jarum berwarna merah dan hitam menyambar ke arah Maya dan para perwira yang mengurung di situ.
Biarpun Maya sudah memberi ingat, tetap saja Kwa-huciang, pembantunya, roboh terguling dari atas kudanya. Melihat ini, Maya cepat meloncat mendekati dan melihat tiga batang jarum memasuki pergelangan tangan kiri Kwa-huciang.
“Celaka! Pertahankan Kwa-huciang!” Maya berseru dan…. tampak sinar berkelebat ke arah pergelangan tangan yang seketika menjadi buntung terbabat pedang Maya!
Kwa-huciang yang maklum bahwa jalan satu-satunya….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader