BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dan lincah pandangnya, bibirnya selalu tersenyum. Banyak wanita akan terguncang hatinya apabila melihat pemuda bangsawan yang tampan ini membalapkan kuda putihnya.
Didampingi pemuda Siangkoan Lee yang buruk rupa, Suma Hoat kelihatan lebih tampan lagi. Para wanita cantik di rumah-rumah hiburan yang semua mengenal baik Suma-kongcu (Tuan Muda Suma) ini.
Berkumpul di jendela loteng dan melambai-lambaikan saputangan sutera yang harum, melontarkan senyum memikat.
Namun Suma Hoat hanya membalas senyuman mereka dan tidak berhenti karena memang sekali ini tidak ingin menghibur hati dengan wanita-wanita cantik itu, melainkan hendak pergi berburu binatang buas di hutan.
Pula, ia sudah mulai bosan dengan wanita-wanita cantik yang akan menghibur pria manapun juga asal yang beruang itu, bosan dengan cinta yang diobral mereka, cinta kasih yang dijual.
Dua orang pemuda itu membalapkan kuda mereka keluar dari kota raja dan memasuki dusun-dusun menuju ke hutan yang besar.
Di sebuah dusun mereka mendengar keluh kesah rakyat tentang gangguan seekor harimau besar yang sudah banyak mencuri kambing dan kerbau penduduk, bahkan telah membunuh dua orang anak kecil.
Mendengar ini, bangkit semangat Suma Hoat untuk membunuh harimau itu. “Kita harus dapat menangkapnya dan membunuhnya, kalau belum berhasil aku tidak mau pulang!”
Demikian Suma Hoat berkata kepada Siangkoan Lee, bekas pelayannya, juga yang menjadi sutenya. “Asal saja dia berani keluar dari tempat sembunyiannya, Kongcu,” jawab Siangkoan Lee yang masih menyebut “kongcu” kepada suhengnya itu, mengingat akan kedudukan mereka.
Demikianlah, kedua orang muda itu menjelajah hutan-hutan yang dikabarkan menjadi sarang sang harimau. Telah sepekan lamanya mereka mengintai, menunggu dan mencari, namun hasilnya sia-sia belaka.
Harimau besar yang dicari-carinya tidak tampak, Suma Hoat menjadi penasaran sekali. Dia sampai lupa akan niatnya semula, yaitu berburu binatang.
Banyak sudah selama sepekan ini dia melihat binatang-binatang hutan, namun semua itu dibiarkannya saja lewat tanpa diusik karena kini seluruh perhatiannya dicurahkan untuk mencari harimau yang telah mengganas di dusun-dusun sekeliling daerah pegunungan itu.
Berkali-kali Siangkoan Lee membujuk kongcunya untuk pulang saja, akan tetapi dengan alis berkerut, Suma Hoat yang berkemauan keras ini malah membentaknya.
“Sudah kukatakan bahwa sebelum berhasil membunuh harimau laknat itu, aku tidak mau pulang. Jangankan baru sepekan, biar selama hidupku di sini aku tetap harus mencarinya sampai dapat!”
Siangkoan Lee yang meninggalkan pekerjaan khawatir kalau-kalau dimarahi majikannya, tetapi ia tidak berani membantah lagi.
Siang malam mereka mencari, bahkan kalau malam mereka pun mengintai, baru kalau sudah lelah sekali tidur di bawah pohon saja sambil membuat api unggun.
Suma Hoat benar-benar mempunyai kemauan yang keras sekali dan pantang mundur sebelum niatnya terpenuhi.
Pada pagi hari yang ke sembilan, dua orang pemuda itu memasuki hutan yang paling ujung, hutan yang tidak berapa besar akan tetapi yang belum mereka datangi, berada di lereng dekat kaki bukit.
Mereka berjalan kaki menuntun kuda masing-masing sambil memandang tajam mencari-cari….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader