BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menyeberangi rawa, memilih bagian yang cukup tebal dan kuat. Kalau kakinya salah injak bagian yang tipis, sebelum ia terjeblos ia sudah dapat meloncat lagi.
Melihat ini, dua orang itu selain merasa kagum juga ngeri karena kalau kurang tinggi ilmu gin-kangnya, tentu sekali terjeblos akan berarti bahaya maut!
Matahari telah condong ke barat dan mereka masih belum menemukan jalan keluar dari daerah itu karena jalan penyeberangan rawa yang mereka tempuh membelak-belok.
Harus memilih bagian yang aman. Tiba-tiba Hok Sun berteriak, “Aihh, apa itu….?”
Dua orang temannya menengok dan berdongak memandang ke atas, arah yang ditunjuk oleh Hok Sun.
Tampak awan hitam memenuhi udara, akan tetapi jelas bukan awan yang bergerak terbawa angin karena gerakan awan itu cepat sekali.
“Burung-burung….!” Siauw Bwee berseru ngeri karena belum pernah ia melihat burung-burung terbang berkelompok sebanyak itu sehingga merupakan awan hitam yang bergerak cepat.
“Eh, dia ke sini….!” Cen Thok berseru kaget.
“Mereka meluncur turun….!” Hok Sun berteriak pula.
Benar saja. Sekumpulan burung itu seolah-olah menerima pertanda rahasia dan mereka kini meluncur turun ke arah tiga orang ini dan segera mereka diserang oleh ratusan ekor burung elang!
Di tengah rawa yang amat berbahaya itu tiga orang ini menjadi repot sekali menghadapi penyerangan ribuan ekor burung.
Hok Sun menggerak-gerakkan kedua tangannya menangkis dan menghantam burung-burung yang menyerangnya.
Juga Cen Thok sibuk membela diri dan mem bunuhi burung-burung yang tak terhitung banyaknya.
Namun mereka ini kewalahan, bingung dan panik, apalagi setelah kulit-kulit tangan mereka mulai berdarah oleh patukan-patukan burung yang kuat itu.
Mereka bertanding melawan keroyokan burung-burung sambil berteriak-teriak dan tak lama kemudian Siauw Bwee terpisah dari mereka.
Dara perkasa ini pun repot menghadapi pengeroyokan binatang-binatang yang kelihatannya marah, haus darah dan buas itu.
Sampokan-sampokan kedua tangan dara ini sekaligus membunuhi banyak burung, akan tetapi binatang-binatang itu sungguh ganas. Mati lima datang sepuluh, mati sepuluh datang dua puluh.
***
Kepanikan menyerang hati Siauw Bwee. Dia merasa jijik dan ngeri sekali karena para pengeroyoknya ini seperti bukan burung-burung biasa, begitu nekat dan agaknya mereka kelaparan semua.
Bajunya mulai robekrobek, bahkan pundak dan kedua lengannya mulai berdarah. Serangan datangnya seperti hujan, sukar untuk dihindarkan semua.
Dia tidak lagi dapat memperhatikan dua orang temannya dan teriakan-teriakan mereka sudah tidak terdengar lagi karena mereka saling berpisah makin jauh.
Setelah Siauw Bwee mulai berloncatan untuk menghindarkan burung-burung itu. Dia menggunakan gin-kangnya, meloncat tinggi dan jauh dengan maksud melarikan diri.
Akan tetapi burung-burung itu tetap mengejarnya. Sampai jauh Siauw Bwee melawan sambil berloncatan menjauhi dan kemarahannya timbul.
Sehingga ketika dia menggerakkan kedua tangan, makin banyaklah burung-burung itu menjadi bangkai, memenuhi rawa…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader