BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Juga amat berbahaya maka terdengarlah seruan-seruan heran dan seruan kagum dari pada penonton termasuk ketuanya.
Nenek itu penasaran sekali, merasa seperti dipermainkan, maka ia mengerahkan tenaga, menggerakkan ujung tongkatnya dan siap untuk memberi serangan susulan kalau tubuh dara itu telah terlepas dari ujung tongkat.
“Wuuuutttt!” Tubuh dara itu memang terlepas dari tongkat, akan tetapi terlepas ke atas, ke arah langit-langit batu ruangan itu yang tingginya ada tiga ukuran tinggi manusia.
Semua orang berdongak memandang terbelalak, melihat betapa dara itu mencapai langit-langit, punggungnya menempel ke langit-langit.
Seolah-olah di punggungnya terdapat perekat ajaib yang melekatkan punggungnya dengan langit-langit, Siauw Bwee tertawa-tawa mengejek
“Ah, kasihan engkau, nenek cacad. Lebih baik sudahilah saja, untuk apa susah payah melawan orang muda yang lebih panjang napasnya dan lebih kuat tubuhnya?”
Muka nenek itu menjadi merah sekali. Dia adalah murid kepala yang kepandaiannya sudah mencapai tingkat tinggi, hanya selisih sedikit dengan gurunya.
Kini melawan seorang dara berusia belasan tahun yang tidak ternama, dia dipermainkan, seperti itu.
“Bocah sombong keparat!” Ia berseru dan sekali kaki tunggalnya mengenjot lantai, tubuhnya sudah melayang ke atas dan tongkatnya siap menusuk tubuh yang menempel di langit-langit itu.
“Jangan….!” Sang Ketua berteriak ketika melihat serangan maut yang dilakukan muridnya. Dia sudah menyaksikan kehebatan Siauw Bwee.
Dan merasa khawatir sekali karena kalau seorang dara remaja sudah ber kepandalan seperti itu, tentu dapat dibayangkan betapa hebat orang tua atau guru yang berdiri di belakangnya!
Akan tetapi seruannya terlambat dan nenek itu dalam kemarahannya telah menyerang ke atas. Memang saat inilah yang dinanti-nanti oleh Siauw Bwee.
Begitu tubuh nenek itu meloncat, ia melepaskan punggungnya dari langit-langit, tubuhnya meluncur didahului kedua tangannya yang melakukan gerakan mendorong.
Dari kedua telapak tangannya itu menyambar angin pukulan yang amat dingin!
“Aihhh….!” Nenek itu menggigil, tongkatnya terlepas dan tubuhnya sendiri terbanting ke bawah. Untung tubuhnya disambut oleh seorang sutenya.
Akan tetapi begitu kedua tangan sutenya menyambut tubuh itu, ia merasakan pula getaran dingin yang membuatnya menggigil.
Dan kedua kakinya tidak dapat menahan sehingga mereka berdua roboh bergulingan. Betapapun juga, karena telah ditahan oleh kedua tangan sutenya, tubuh nenek itu tidak terbanting keras.
Baru saja Siauw Bwee turun ia mendengar suara mencicit-cicit dan betapa kagetnya ketika suara itu keluar dari sepasang tangan kakek ketua kaum kaki buntung!
Kakek itu telah menyerangnya, tanpa menggunakan tongkat dan dengan sebelah kaki berloncatan kakek ini telah menyerangnya dengan kedua tangan.
Gerakannya luar biasa anehnya sehingga repotlah Siauw Bwee mengelak. Dara ini makin terdesak dan dia maklum bahwa dalam hal ilmu silat.
Dia kalah pengalaman, apapula harus menghadapi gerakan sepasang tangan yang begitu aneh. Maka dia lalu mengerahkan tenaga di tangan kiri menangkis.
Tubuh kakek itu sampai berputaran ketika lengannya tertangkis dan ternyata dia pun….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader