BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kagum karena ilmu “terbang di atas rumput” ini hanya ia dengar saja dan baru sekali ini dia melihatnya. “Tunggu sampai kita dapat menemukan Pulau Es. Tidak ada ilmu yang takkan kuajarkan kepada kalian berdua.
“Sekarang diamlah dan tutup matamu agar jangan merasa ngeri.” Setelah berkata demikian, tiba-tiba gerakan kaki Han Ki berubah dan larinya makin cepat karena tidak seperti tadi, hanya lari biasa, melainkan kadang-kadang melompat jauh ke depan sehingga larinya menjadi cepat bukan main.
Maya dan Siauw Bwee tadinya mentaati pesan suhengnya dan memejamkan mata. Mereka mendengar angin berdesir di kanan kiri telinga dan merasa betapa tubuh mereka terangkat sehingga kedua kaki mereka kadang-kadang melayang dan kadang-kadang hanya menyentuh tanah sedikit saja.
Rasa ingin tahu membuat dua orang gadis cilik itu membuka mata dan akhirnya mereka membelalakkan mata dan memandang penuh kagum, bahkan Maya berteriak girang.
“Suheng, ajarkan ilmu ini kepadaku!”
Melihat betapa kedua orang sumoinya sama sekali tidak merasa ngeri, bahkan membuka mata dan kegirangan, diam-diam Han Ki menjadi girang sekali. Memang pilihan suhunya untuk mengambil murid dua orang anak perempuan ini benar-benar tepat.
Keduanya memiliki bakat yang amat baik, dan lebih-lebih lagi, keduanya memiliki ketabahan yang merupakan syarat terpenting bagi seorang calon ahli silat.
Ketabahan mendatangkan ketenangan dan betapapun pandai seseorang dalam ilmu silat, kalau dia tidak memiliki ketabahan dan tidak dapat bersikap tenang, berarti dia sudah kehilangan setengah ilmunya.
“Bersabarlah engkau, Maya-moi. Lihat, di, depan itulah agaknya tebing yang dimaksudkan Suhu. Mari kita mencari perahu itu!”
Ucapan ini membuat Maya dan Siauw Bwee tertarik sekali. Mereka bertiga lalu menuruni tebing yang terjal dan Han Ki tetap menggandeng tangan kedua orang sumoinya karena menuruni tebing itu merupakan pekerjaan yang cukup berbahaya.
Namun, gin-kang yang dimiliki Han Ki telah mencapai tingkat tinggi sehingga biarpun menggandeng dua orang sumoinya, ia dapat mengajak mereka turun dengan cepat sampai tak lama kemudian mereka tiba di bawah tebing.
Di bagian pantai di mana terdapat banyak guha yang tercipta oleh gempuran ombak setiap hari ke arah dinding karang.
Dan di sebuah di antara guha-guha ini, tampaklah perahu yang dimaksudkan Bu Kek Siansu, sebuah perahu kecil yang terbuat dari kayu yang kuat, bentuknya meruncing dan di tengahnya terdapat atap yang membuat ruangan kecil namun cukup untuk tempat berteduh dari terik matahari.
“Ini perahu Suhu!” Han Ki berseru girang. “Marilah!”
Maya dan Siauw Bwee ikut menjadi girang melihat perahu itu dan mereka membantu Han Ki melepaskan ikatan perahu pada batu karang, kemudian melihat Han Ki menarik keluar perahu dari dalam guha dan mendorongnya ke atas air laut.
Setelah kedua orang sumoinya naik ke atas perahu dan duduk di bangku bawah atap, Han Ki mulai mendayung perahunya, mengambil arah ke timur.
Perahu yang ujungnya runcing itu meluncur cepat sekali. Air laut tenang sehingga mereka merasa nyaman duduk di atas perahu…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader