BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tang Hauw Lam! Ada keperluan apakah pasukan Mongol mencari aku?” Semua anak buah pasukan memandang ke arah Hauw Lam, dari komandan itu lalu memberi hormat secara militer.
Kemudian berkata dengan sikap hormat, “Kami melaksanakan perintah raja kami untuk pertama-tama menyampaikan salam dan hormat raja kami yang setinggi-tingginya kepada pendekar Tang Hauw Lam.
Disertai pujian bahwa Tang-taihiap adalah seorang yang amat bahagia dapat menjadi suami seorang pendekar wanita perkasa seperti Mutiara Hitam!”
Hati pendekar itu makin berdebar. Apakah artinya ini? Bukankah isterinya menuju ke Mongol dengan maksud membunuh Raja Mongol?
Apakah yang telah terjadi? Karena dia memang selalu berkhawatir akan nasib isterinya, maka dia tidak dapat menahan kesabarannya lagi dan berteriak,
“Apa yang terjadi dengan isteriku? Lekas katakan dan jangan memutar-mutar omongan! Di mana Mutiara Hitam dan apa yang telah terjadi?”
“Kami hanya utusan yang menyampaikan perintah langsung dari raja kami. Setelah menyampaikan salam dan hormat, kami bertugas menyerahkan ini kepada Taihiap!”
Panglima Mongol itu mengambil sebuah bungkusan sutera kuning dari tangan seorang pembantunya, melompat turun dari kudanya dengan sigap kemudian dengan penuh hormat dan membungkuk.
Menyerahkan bungkusan sutera kuning itu kepada Hauw Lam. Dengan kedua tangan agak gemetar dan jantung berdebar tegang Hauw Lam menerima bungkusan itu tanpa berkata apa-apa.
Kemudian menurunkan bungkusan dan hendak membukanya. Tang-taihiap, kami telah melaksanakan tugas dengan baik. Kami mohon diri hendak kembali ke Mongol.”
“Tunggu dulu!” Hauw Lam tidak melanjutkan niatnya membuka bungkusan, melompat berdiri dan berkata, “Ceritakan dulu, apa yang terjadi dengan isteriku!”
“Tang-taihiap, kami tidak berhak bicara. Raja kami hanya mengutus seperti yang telah kami lakukan, dan Taihiap tentu akan mengerti kesemuanya setelah membaca surat dari raja kami yang berada di dalam bungkusan. Selamat tinggal!”
Panglima itu meloncat ke atas kudanya, memberi aba-aba dan pasukan itu bergerak cepat, kuda mereka membentuk barisan yang rapi dan ketika pasukan bergerak pergi, tampak debu mengebul tinggi menutupi barisan yang pergi dengan cepatnya.
Tang Hauw Lam masih berdiri termangu-mangu ketika Gu Toan berkata halus, “Tai-hiap, hidup memang banyak penderitaan, akan tetapi kalau kita kuat menghadapinya, penderitaan merupakan pengalaman hidup yang amat berguna.”
Tang Hauw Lam membalikkan tubuhnya, berlutut menghadapi bungkusan sutera kuning, hampir tidak berani membuka bungkusan itu.
Ia mengheningkan cipta, memusatkan panca indera dan memperkuat hatinya dengan hawa murni, kemudian setelah hatinya tenang.
Dengan jari-jari yang tak bergetar lagi ia mulai membuka bungkusan kain kuning, Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa telah mendekati suhu mereka dan berlutut di sebelah kiri orang tua itu tanpa berani mengeluarkan suara.
Namun hati mereka ingin sekali tahu apa isi bungkusan yang dikirim oleh Raja Mongol dengan begitu menghormat kepada suhu mereka….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader