BEBASBARU.ID, POLITIK – Kelompok yang anti Jokowi berulah, mereka bikin sebuah film yang menarasikan seolah-oleh negara ini hancur.
Benarkah dugaan itu, apa tanggapan rakyat? Ataukah ini bentuk serangan balik, kalau jagoan mereka bakalan keok di Rabu 14 Pebruari 2024 yang tinggal 2 harian lagi?
Saat ini warga yang melek media sosial atau warganet di hebohkan dengan Film dokumenter tentang kecurangan pemilu Dirty Vote menjadi trending topic nomor 1 Indonesia di X (sebelumnya Twitter).
Usai tayang perdana, Minggu (11/2). Banyak warganet marah dengan dugaan kecurangan pemilu yang terjadi selama ini setelah menonton film tersebut.
Dirty Vote menduduki jawara trending topic sejak Senin (12/02/2024) pagi hingga siang dengan jumlah kicauan terkait lebih dari 400 ribu.
Salah satu warganet, @y_stbatuah mencuitkan bahwa dia telah menonton film dokumenter tersebut. Menurutnya film ini sangat berguna jelang hari pemungutan suara 14 Februari.
“Udah ditonton, terima kasih. Film ini sangat berguna sekali, jelas sekali skenario sangat rapi, menurut mereka sudah rapi, tapi skenario Allah lah yang akan berlaku, semoga Allah melindungi bangsa Indonesia dari orang yang haus kekuasaan,” cuit @y_stbatuah, Minggu (11/2).
Akun lainnya, @abanglurus mengaku sedih dengan kondisi negara ini setelah menonton Dirty Vote.
“Hancur, rusak ini negara. Dirty Vote,” cuitnya.
Sementara itu, akun @JonnoPras3tyo mengungkap bahwa kemunculan film ini menandakan preseden buruk bagi sejarah demokrasi Indonesia.
“Sampai tercipta film seperti ini berarti akan menjadi catatan yang buruk bagi sejarah demokrasi negeri ini,” cuitnya.
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid turut berkomentar di X mengenai film Dirty Vote.
Menurutnya tiga pakar hukum tata negara yang mengisi film ini – Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar- merupakan pejuang demokrasi yang kredibilitasnya tak perlu diragukan.
“Dirty Vote. Diisi oleh 3 Pejuang Demokrasi yang dihormati oleh para aktivis se-Indonesia. Rekam jejak dan kredibilitas jelas. Diproduksi oleh WatchDoc, produsen film-film dokumenter, penerima penghargaan Magsaysay Award yang dianggap sebagai Nobel Asia. Percaya? Ya iyalah,” cuitnya.
Dirty Vote merupakan dokumenter eksplanatori yang disampaikan tiga orang ahli hukum tata negara yaitu Bivitri Susanti,Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar.
Dalam film tersebut, Bivitri dkk menjelaskan penggunaan kekuasaan dikerahkan untuk mempertahankan status quo. Adapun penjelasan dimaksud berpijak pada sejumlah fakta dan data.
Bivitri mengatakan secara sederhana Dirty Vote merupakan sebuah rekaman sejarah perihal kerusakan demokrasi di Indonesia.
“Bercerita tentang dua hal. Pertama, tentang demokrasi yang tak bisa dimaknai sebatas terlaksananya pemilu, tapi bagaimana pemilu berlangsung. Bukan hanya hasil penghitungan suara, tetapi apakah keseluruhan proses pemilu dilaksanakan dengan adil dan sesuai nilai-nilai konstitusi,” kata Bivitri.
“Kedua, tentang kekuasaan yang disalahgunakan karena nepotisme yang haram hukumnya dalam negara hukum yang demokratis,” sambungnya.
TKN Prabowo-Gibran Sebut Film itu Fitnah
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Habiburokhman, menyebut dokumenter Dirty Vote merupakan film yang berisi fitnah.
Dia, yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi III DPR itu, mempertanyakan kebenaran pakar-pakar hukum yang hadir di film itu. Habib juga menyangsikan dugaan kecurangan yang diarahkan ke Prabowo-Gibran.
“Sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif, dan sangat tidak ilmiah,” kata Habib dalam jumpa pers di Media Center Prabowo-Gibran, Jakarta, Minggu (11/2).***